Oleh : Muh. Abdurrohman Muslim
(pembina majelis ashabul muslimin)
Ilmu adalah ibarat pedang yang digunakan untuk memotong sesuatu. jika pemiliknya jahat maka ilmu itu akan merusakkan dunia, tetapi bila ilmu itu dimiliki orang baik maka akan membangun dunia. maka tak ada salahnya sebelum kita membangun keilmuwan yang mendalam semacam ; pengetahuan teknologi, sastra, budaya, sosiologi dan semacamnya kita terlebih dulu membangun akhlaq yang mulia kepada anak didik kita, supaya kelak ilmu itu tidak disalah gunakan untuk merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Begitu juga ilmu ibarat makanan. Ilmu tidak bisa ditelan mentah-mentah. Perlu penjabaran dan perlu pengkajian makna ilmu itu terlebih lagi perlu analisis (penelitian) dan praktik untuk membuktikan kebenaran sebuah pengetahuan (ilmu). maka jika ada orang menelan makanan mentah-metah alias bulat-bulat tanpa dicerna terlebih dahulu maka orang tersebut akan kloloden. Begitu juga dengan manusia yang belajar ilmu perlu penjelasan detil tentang ilmu itu. jika mengkaji secara mentah-mentah tanpa penjelasan maka akan banyak argumen yang salah dan praktek yang ngawur tentang ilmu itu. Akibatnya suatu kebenaran tidak akan nampak jelas. bahkan bisa karena seorang intelek menelan ilmu mentah-mentah akan berakibat samarnya kebenaran dan kemungkaran, akhirnya banyak orang yang mengikuti seorang intelek itu tersesat karena suatu ilmu yang dikaji secara serampangan.
Ilmu juga ibarat belajar menunggang sepeda. Jika tanpa praktek maka tak mungkin kita bisa menaiki sepeda dengan lancar sama saja dengan sebuah angan-angan kosong. Begitu juga dengan ilmu butuh praktik, semakin kita mempraktikan suatu ilmu maka kita akan semakin ahli dengan ilmu tersebut.
sekian