KARYA AYU UTAMI : ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mata Kuliah Seminar Sastra dan Pengajarannya
Dosen Pengampu : Drs. Adyana Sunanda
Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Disusun Oleh :
RIKA YAYAN NUGRAHENI
A. 310 070 103
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
ABSTRAK
TINDAKAN SEKSUAL DALAM NOVEL LARUNG
KARYA AYU UTAMI : ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA
Rika Yayan Nugraheni, A.310070103, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 19 halaman, 2010
Penelitian ini bertujuan : 1) mendiskripsikan struktur yang membangun novel Larung karya Ayu Utami; 2) mwndiskripsikan perilaku seksual Cok, Yasmin, Saman, Shakuntala, dan Laila dalam novel Larung karya Ayu Utami.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Objek penelitiannya yaitu perilaku seksual dalam novel Larung karya Ayu Utami. Sumber data primer yaitu novel Larung karya Ayu Utami dan sumber data sekunder yaitu buku-buku acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Teknik pengumpulan datanya yaitu teknik pustaka dan catat. Teknik analisis data dengan menggunakan metode pembacaan heuristik dan hermeneutik dengan menggunakan kerangka berfikir induktif. Analisis novel Larung dilakukan dengan pendekatan struktural dan psikologi sastra.
Berdasarkan analisis struktur dapat disimpulkan bahwa novel Larung memiliki struktur yang saling mendukung, terjalin erat dan mencapai totalitas makna. Adapun struktural novel tersebut berupa tema, alur, penokohan dan latar yang menunjukkan keterjalinan unsur antara yang satu dengan yang lain sehingga menjadi unsur yang padu.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perilaku seksual dalam novel Larung terbagi menjadi 4 perilaku, diantaranya yaitu : a) perilaku seksual immorilitas/ promiscoity tokoh Cok karena kesenangannya akan seks bebas, berpindah dari lelaki satu ke lelaki yang lainnya, b) perilaku seksual sadisme tokoh Yamin yang mengindentikkan seks dengan penderitaan, c) perilaku seksual mesokhisme tokoh Saman karena naluri seksualnya diarahkan kepada gagasan untuk ditindas atau dianiaya oleh mitra seksnya, d) perilaku biseksual tokoh Shakuntala dan Laila yang bersetubuh tidak hanya dengan lelaki namun juga dengan perempuan.
Kata kunci : perilaku seksual, immoralitas, sadisme, mesokhisme, dan biseksual.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra membicarakan manusia dengan segala kompleksitas persoalan hidupnya. Maka antara karya sastra dengan menusia memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Sastra merupakan pencerminan dari segi kehidupan manusia yang didalamnya tersurat sikap, tingkah laku, pemikiran, pengetahuan, tanggapan, perasaan, imajinasi serta spekualiasasi mengenai manusia itu sendiri.
Penelitian sebuah karya sastra yang mendalam diperlukan ilmu bantu dari ilmu-ilmu yang lain. Salah satunya yaitu ilmu psikologi. Hal ini mengingat sebuah karya sastra merupakan sebuah aktivitas psikologi, yaitu ketika pengarang melukiskan watak dan pribadi tokoh yang ditampilkan atau dihadirkannya dan menggambarkan tokoh yang dikehendakinya. Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sastra juga merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya dari pada karya fiksi (Wellek dan Warren, 1990 : 3-11).
Sebagai hasil imajinatif, sastra berfungsi sebagai hiburan yang menyenangkan, juga berguna untuk menambah pengalaman lebih dari bagi para pembacanya. Membicarakan sastra yang memiliki sifat imajinatif, kita berhadapan dengan tiga jenis (genre) sastra yaitu prosa, puisi, dan drama. Salah satu jenis prosa yaitu novel. Sebuah novel menceritakan kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang. Luar biasa karena dari kejadian ini terlahir konflik, suatu pertikaian, yang mengambil jurusan nasibmereka (Jassin, 1985 : 78).
Novel karya sastra indonesia merupakan pengolahan masalah-masalah sosial masyarakat oleh kaum terpelajar sejak tahun 1920-an dan sangat digemari oleh sejarawan (Hardjana dalam Imron, 1995 : 1).
Ayu Utami adalah seorang pengarang yang tergabung dalam komunitas Utan Ayu. Ia menampilkan tokoh wanita yang cukup banyak jumlahnya dalam novel yang ia tulis, demikian juga pelukisan watak yang disandang oleh tokoh tersebut, sehingga tokoh ini mencerminkan dan mempunyai kemiripan dengan kehidupan manusia yang sesungguhnya dibandingkan dengan novel-novel yang lainnya, demikian pula dengan tokoh wanitanya sangat mewakili kehidupan wanita zaman sekarang ini sehinnga sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam.(www.Ayu Utami.com)
Ayu utami seorang pengarang wanita yang memenangkan lomba sayembara roman Dewan kesenian Jakarta 1998. Karyanya yang berjudul Saman diawali oleh sebuah fragmen yang ditulisnya dengan judul Laila Tak Mampir di New York. Novel ini langsung menjadi bahan pembicaraan publik dan dianggap mampu meratakan tembok pemisah antara bacaan sastra dn novel populer. Novel Saman juga mendapat penghargaan Prince Clause Award, dari Belanda. Dari novel Saman tersebut terjadi perkembangan subplot yang melampaui rencana dan melahirkan novel kedua yang berjudul Larung.
Novel Larung menarik untuk diteliti karena Larung menyajikan hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan cinta kasih antara pria dan wanita, antara orang tua dan anak, antara sesama manusia, hubungan seks antara pria dan wanita. Cerita dalam novel ini serat akan unsur-unsur psikologi. Pengungkapan Ayu Utami diperjelas mengenai perilaku-perilaku seksual serta melatarbelakanginya.
Sepanjang sejarah manusia, orang yang bertingkah laku seksual itu diperlakukan oleh masyarakat zamannya dengan cara yang berbeda-beda ada yang diisolakan, dirawat, dipasung, disiksa hebat, bahkan banyak pula yang dibakar dan dibunuh. Tingkah laku meraka tidak hanya dianggap sebagai tingkah laku yang patalogis, tetapi juga dianggap sebagai imoril sehingga patut dimusnahkan (Kartono, 1989 : 11).
Penelitian ini penting, karena didalamnya mencoba mengungkap perilaku-perilaku seksual dari para tokohnya. Penelitian ini aktual karena permasalahan tentang perilaku seksual pada zaman sekarang semakin banyak dimasyarakat. Hal tersebut semakin memperbanyak tubuhnya tingkah laku seksual, dari kasus yang sifatya ringan sampai kasus yang sifatnya serius.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirinci alasan dipilihnya novel Larung sebagai objek kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Persoalan yang dapat diangkat novel Larung menceritakan tentang perilaku seksual: immoralitas, sadisme, meshokisme, dan biseksual.
2. Novel Larung mengungkapkan perilaku seksual yang kompeks dan menarik untuk dikaji.
3. Analisis novel Larung diperlukan guna menentukan konstribusi pemikiran dalam memahami aspek hidup dan kehidupan pada dasarnya terdiri dari jiwa dan raga.
4. Ayu Utami menampilkan permasalahan-permasalahan yang kontroversi dengan budaya timur.
5. Sepengetahuan penulis, novel Larung belum dianalisis secara khusus dengan pendekatan psikologi sastra, terutama yang berkaitan dengan perilaku seksual.
Berdasarkan penjabaran diatas, peneliti ingin menganalisis novel Larung karya Ayu Utami dengan judul “Perilaku Seksual dalam Novel Larung Karya Ayu Utami : Analisis Psikologi Sastra”.
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian perlu diberi batasan-batasan masalah. Pembatasan masalah ini dimaksudkan supaya penelitian dapat terfokus dengan jelas, maka perlu membuat suatu pembatasan tentang masalah dalam penelitian ini. Penelitian dalam penelitian ini membatasi permasalahan pada perilaku seksual dalam novel Larung karya Ayu Utami: Analisis psikologi sastra.
C. Perumusan Masalah
Agar perumusan masalah dalam penelitian ini menjadi jelas dan terarah, perlu adanya perumusan masalah. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah struktur yang membangun novel Larung karya Ayu Utami ?
2. Bagaimanakah perilaku seksual Cok, Yasmin, Saman, Shakuntala, dan Laila dalam novel Larung ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian digunakan untuk memberikan arah yang jelas pada penelitian yang dilakukan. Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan struktur yang membangun novel Larung karya Ayu Utami.
2. Mendeskripsikan perilaku seksual Cok, Yasmin, Saman, Shakuntala, dan Laila dalam novel Larung.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat pada pambaca baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dalat penambah pengetahuan mengenai studi analisis terhadap sastra Indonesia, terutama dalam bidang penelitian novel Indonesia yang memanfaatkan teori psikologi sastra.
b. Penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumbangan aplikasi teori sastra dan teori psikologi dalam mengungkap novel Larung.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian dapat menambah referensi penelitian karya sastra Indonesia dan menambah wawasan kepada pembaca tentang bentuk-bentuk perilaku seksual.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada kita tentang perilaku yang normal dan seksual.
c. Pembaca diharapkan mampu memahami peran yang terkandung di dalam novel Larung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan untuk mengetahui keaslian peneliti ini, pada bagian ini dipaparkan beberapa hasil penelitian yang telah dipublikasikan.
Hardianto Wahyu Desanto (UNS, 2002) dengan judul skripsi “Novel Larung Karya Ayu Utami (Tinjauan Sosiologi Sastra)” mengemukakan novel Larung membahas (1) masalah sosial politik, (2) menempatkan perempuan sebagai objek seksual kaum pria, (3) perempuan tidak diberi tempat dalam dunia politik, (4) menganggap kaum pria lebih mampu berkecimpung dalam masalah politik, dan (5) masalah gender masih dipermasalahkan pada masa orde baru.
Penelitian yang dilakukan oleh Endah Kurniawati (UMS, 2005) dengan judul skripsi “Analisis Tingkah Laku Ken Ratri dalam Novel Merpati Biru Karya Achmad Munif : Tinjauan Psikologi Sastra”. Hasil penelitian ini menggambarkan tokoh sentral yang diperankan Ken Ratri. Tokoh Ken Ratri mendeskripsikan tema besar yakni mahasiswi yang terjebak menjadi pelacur. Hasil analisis menyatakan sebenarnya sifat dan tingkah lakunya melanggar norma diakibatkan karena kebutuhan yang mendesak, alur perkembangan modernitas dan faktor masa lalu. Faktor yang membentuk tingkah laku tokoh utama antara lain : faktor ekonomi, lingkungan, sosial, moral, dan lingkungannya.
Berdasarkan uraian tentang hasil penelitian terdahulu, maka orisinalitas penelitian berjudul “Perilaku Seksual dalam Novel Larung karya Ayu Utami : Analisis Psikologi Sastra” dapat dipertanggungjawabkan.
B. Landasan Teori
1. Teori struktural sastra
Pendekatan struktural sangat penting bagi sebuah analisis karya sastra. Didalam suatu karya sastra dibangun oleh unsur-unsur yang membentuknya. Unsur tersebut saling mengisi dan berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan yang indah dalam sebuah karya sastra.
Tujuan analisis struktural adalah membongkar, memaparkan secermat mungkin keterkaitan dalam keterjalinan dari berbagai aspek yang secara bersama-sama hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi urusan itu dalam keseluruhan karya sastra (Pradopo, 1995: 141).
Transformasi dimaksudkan bahwa perubahan-perubagan yang terjadi pada sebuah unsur struktur akan mengakibatkan hubungan antar unsur terjadi menjadi berubah pula. Pengetahuan diri dimaksudkan bahwa struktur itu dibentuk oleh kaidah-kaidah intrinsik dari hubungan antar unsur akan mengalir sendiri bila ada unsur yang berubah atau hilang (Piaget dalam Sangidu, 2004: 16).
Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan.
Adapun langkah-langkah analisis struktural adalah sebagai barikut :
a. Mengidentifikasikan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra secara lengkap dan jelas, mana yang tema, mana yang tokohnya.
b. Mengkaji unsur-unsur yang telah diidentifikasi sehingga diketahui tema, alur, penokohan, dan latar dalam sebuah karya sastra.
c. Menghubungkn masing-masing unsur sehingga memperoleh kepaduan makna secara menyeluruh dari sebuah karya sastra (Nurgiyanto, 2000: 36).
Analisis struktural berusaha memaparkan, menunjukkan dan mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra, serta menjelaskan interaksi atau unsur-unsur intrinsik dalam membentuk makna yang utuh, sehingga menjadi suatu keseluruhan yang padu. Untuk sampai pada pemahaman, maka digunakan novel Larung karya Ayu Utami dengan analisis psikologi sastra.
2. Pendekatan psikologi sastra
Psikologi merupakan suatu ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tentang tingkah laku atau aktivitas. Aktivitas itu merupakan manifestasi hidup kejiwaan (Walgito, 1997: 9).
Siswantoro (2004: 32) mengemukakan psikologi sastra mempelajari fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama dalam karya sastra ketika merespon atau bersaksi terhadap diri dan lingkungannya, dengan demikian gejala kejiwaan dapat terungkap lewat tokoh dalam sebuah karya sastra.
Psikologi diartikan sebagai lingkuo gerah jiwa, konflik batin tokoh-tokoh dalam sebuah karya secara tuntas. Dengan demikian pegetahuan psikologu dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam menelusuri sebuah karya sastra secara tuntas (Jatmanto, 1985: 164).
Sebagai disiplin ilmu psikologi sastra dibedakan menjadi tiga pendekatan, yaitu (1) pendekatan ekspresif, yaitu kajian aspek psikologis penulis dalam proses kretaivitas yang terproyeksi lewat karya sastra, (2) pendekatan tekstual, yaitu mengkaji aspek psikologi pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog dengan karya yang dinikmatinya serta proses kreatif yang ditempuh dalam menghayati teks (Aminuddin, 1990: 89).
Analisis novel Larung, tinjauan psikologi sastra, menggunakan pendekatan tekstual, yaitu mengkaji aspek psikologi tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra. Dalam hal ini, karya sastra merupakan gambaran kejiwaan manusia yang menciptakan karya sastra itu sendiri.
3. Hubungan antara psikologi dengan sastra
Psikologi sastra merupakan pendekatan yang menekan pada hakekat dan kodrat manusia. Melalui tunjauan psikologi akan tampak bahwa fungsi dan peranan sastra adalah untuk menyajikan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-hidupnya atau paling sedikit untuk menjelaskan bahwa karya sastra pada hakekatnya bertujuan untuk melukiskan lingkungan manusia (Hardjana, 1994: 66).
Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa dan karsa dalam karyanya. Begitu pula dengan pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lepas dari kejiwaan masing-masing. Bahkan sebagaimana sosiologi refleksi, psikologi sastra pun mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan. Pengarang akan menangkap gejala jiwa kemudian diolah kedalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya. Proyeksi pengalaman sendiri imajiner ke dalam teks sastra (Endrasswara, 2003: 96).
4. Pendekatan psikonalisis Sigmund Freud
Sigmund Freud lahir di kota Morrovia Republik Ceko, pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939 (Suryabrata, 1998: 122). Freud adalah psikolog yang menyelidiki aspek ketidaksadaran dalam jiwa manusia. Ketidaksadaran memainkan peranan yang besar, sebagian besar kehidupan psikis manusia tidak disadari dan hanya bagian kecil saja yang muncul dalam kesadaran. Dalam ketidaksadaran itu terus menerus beroperasi dorongan-dorongan dan tenaga asal (Kartono, 1990: 128).
Freud membedakan beberapa daerah kesadaran akan ketidaksadaran yaitu :
a. Kesadaran, yaitu melalui pengamatan, maka kehidupan psikis itu bisa disadari.
b. Pra kesadaran, yaitu berupa isi-isi psikis yang latent dan tanggapan-tanggapan yang tenggelam, yang sewaktu-waktu bisa disadari dengan bantuan ingatan, pengamatan/ reproduksi.
c. Kompleks-kompleks terdasar, kompleks terdasar ini tidak didasari akan tetapi akibat-akibatnya bisa dilihat nyata.
d. Ketidaksadaran, tidak mungkin didasarkan (dalam Kartono, 1990: 129).
5. Perilaku seksual
Seksualitas meliputi sebuah peraaan, hubungan antar manusia, serta komunikasi antar pasangan sehingga tidak dibatasi oleh keadaan fisik seseorang. Seksualitas adalah aspek penting dalam kehidupan, yang mempengaruhi cara kita memperlihatkan kasih saying, menilai diri sendiri dan berhubungan dengan orang lain. Seksualitas didasarkan atas nilai-nilai pribadi yang kita pelajari dari orang tua, agama, dan diri kita sendiri.(www.infokes.com)
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hastar seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya dapat berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri (Sarwono, 2000: 137).
Dimensi klinis seksualitas berhubungan dengan problem seksual yang dapat menghambat manusia untuk mencapai kesehatan seksual dan kebahagiaan. Oleh karena itu problem seksualitas ini harus dicari solusinya dengan mencari sumbernya dari problem fisik dan atau problem psikologis (Lestari, 2002: 9).
6. Perilaku abnormalitas seksual (patologi seksual)
Seks adalah satu mekanisme bagi manusia agar mampu mengadakan keturunan, sebab itu seks merupakan mekanisme yang vital sendiri, dengan mana manusia mengabdikan jensnya (kartono, 1989: 225).
Hubungan seksual diantara dua jenis kelamin yang berlainan sifat dan jenisnya disebut relasi hetero-seksual, jika sama disebut sebagai honoseksual. Bentuk relasi seks yang abnormal dan perverse adalah relaksi seks yang tidak bertanggung jawab, dan didorong oleh kompulsi-kompulsi dan dorongan-dorongan yang abnormal, yang akan dibahas dibawah ini :
a. Perveksi seksual dan beberapa permasalahannya.
Perilaku seksual yang menyimpang lebih banyak dikuasai oleh kebutuhan-kebutuhan neurotis dan dorongan-dorongan non seksual dari pada kebutuhan erotis yang pada akhirnya menonton pasien pada tingkah laku kompulsif dan patalogis.
Karena seksual itu sangat erat terjalin dengan semua aspek kepribadian, maka penyimpangan seksualitas pada umumya berasosiasi dengan :
1) Maladjusment (ketidakmampuan menyesuaiakan diri)
2) Kesulitan-kesulitan neurotis
3) Ketakutan kecemasan terhadap relasi heteroseksual (relasi seksual dengan lawan jenis)
b. Abnormal seks disebabkan oleh dorongan seksual yang abnormal.
Termasuk dalam kelompok abnormalitas jenis ini ialah :
1) Prostitusi/ Pelacuran
Pelacuran merupakan bentuk penyimpangan seksual, dengan pola organisasi impuls-impuls/ dorongan seks yang tidak wajar, dan dorongan seks yang tidak terintegrasi dalam kepribadian, sehingga relasi seks itu sefatnya impersonal, tanpa afeksi dan emosi (kasih sayang), berlangsung cepat, tanpa mendapatkan orgasme dipihak wanita. (Kartono, 1989: 232)
2) Immoralitas Seksual
Immoralitas seksual itu berupa tindak seksual secara terang-terangan, tanpa malu-malu, caranya kasar, dan melakukan seksualitas bebas dengan banyak orang (promiscuity). (Kartono, 1992: 142)
3) Perjinahan (Adultery)
Merupakan hubungan seks yang dilakukan seorang yang telah terikat pernikahan dengan orang lain yang bukan pasangan sahnya. (Sa’abah, 2001: 115)
4) Siduksi dan perkosaan
Pada peristiwa perkosaan, sang pemerkosa selalu didorong oleh nafsu-nafsu seks yang sangat kuat, dibarengi emosi-emosi yang tidak dewasa dan tidak mapan. Biasanya dimuati oleh unsur-unsur kekejaman dan sifat sadistis. (Sa’abah, 2001: 115)
5) Frigiditas (ketiadaan nafsu birahi, ketidakacuhan seksual)
Adalah wanita yang tidak atau kurang berkeinginan seks. Wanita tersebut tidak mampu menghayati proses cumbu rayu dalam bersenggama dan pada akhirnya sulit mencapai orgasme. (Sa’abah, 2001: 118)
6) Impotensi
Adalah pria yang tidak dapat melakukan senggama mekipun ada keinginan, akibat penis tidak mampu ereksi atau tidak mampu mempertahankan ereksinya. (Sa’abah, 2001: 125)
7) Ejakulasi Prematur
Merupakan peristiwa terlampau cepat mengeluarkan sperma pada saat itromissi, dan pihak lain tidak mampu menahan dorongan ejakulasi kedalam vagina selama beberapa detik. (Kartono, 1989: 241)
8) Copulatory impotensi dan Psychogenic asperma
Copulatory impotensiatau impotensi kaitan ialah kemampuan pria untuk mengadakan ereksi atau tegang zakar, akan tetapi sesudah zakar masuk dalam vagina tiba-tiba saja zakar menjadi lemah. (Kartono, 1989: 241)
Psychoyenic asperma ialah peristiwa tidak keluarnya benih air mani/ sperma, disebabkan oleh terjadinya non-sekresi (tidak mampu mengeluarkan benih), atau tidak mampu manabur benih. (Kartono, 1989: 242)
9) Nymfomania
Merupakan gejala seksualitas pada wanita yang memiliki nafsu seksual kegila-gilaan serta patalogis, dan dorongan seks yang luar biasa, yang ingin melampiaskan nafsu seksnya berulang kali tanpa terkendali. (Kartono, 1989: 242)
10) Satryriasis
Merupakan keinginan seks yang tidak kunjung puas, patalogis dan luar biasa besarnya pada sorang pria. Disebut pula dengan hyperseksualitas pria. (Kartono, 1989: 243)
11) Vaginismus
Yang dimaksud adalah keadaan kejang tiba-tiba pada otot-otot disekitar liang vagina, sehingga menghalangi penetrasi dan hubungan seksual. (Supratiknya, 2002: 92)
12) Dispareunia
Istilah kesulitas dalam melakukan senggama karena muncul rasa sakit. (Sa’abah, 2001: 119)
13) Anorgasme
Anorgasme merupakan kondisi kegagalan mencapai klimaks selama bersenggama, biasanya bersifat psikis. (Kartono, 1989: 246)
14) Kesukaran Coitus Pertama
Kesukaran ini timbul karena kurangnya pengetahuan yang disebabkan oleh karena pihak wanita merasa cemas dan yakin betul, bahwa partnernya tidak mampu melakukan penetrasi dengan zakar kedalam vagina, sebab ia meragukan potensi partnernya, menganggap partnernya lemah. (Kartono, 1989: 246)
c. Abnormalitas seks disebabkan adanya partner seks yang abnormal.
1) Biseksual
Adalah periode mencintai seorang kawan pria dan sekaligus mencintai kawan putri itu sering terdapat tendensi kelakian/ kejantanan pada diri anak gadis. (Kartono, 1992: 266)
2) Bestiality
Adalah relasi seksual dan kepuasan seksual dengan jalan melakukan persetubuhan dengan binatang. (Kartono, 1989: 251)
3) Zoofilia
Ialah bentuk cinta sangat mesra dan abnormal terhadap binatang. Rasa tertarik yang luar biasa kepada binatang. (Kartono, 1989: 251)
4) Nekrofilia
Ialah fenomena hubungan seks dan menikmati orgasme dengan mayat. Rasa tertarik secara seksual pada mayat. (Kartono, 1989: 251)
5) Pornografi dan Dukana Obscenity
Pernografi merupakan bacaan yang immoral, berisikan gambar-gambar dan tulisan yang asusila, yang khusus dibuat untuk merangsang nafsu seks. (Kartono, 1989 : 252)
Dukana Obscenity merupakan pola tingkah laku, gerak-gerik, perkataan-perkataan dan ekspresi lainnya yang bersifat erotis, dengan cara tentunya melanggar kesopanan, jorok, dan menjijikkan. (Sa’abah, 2001 : 133)
6) Pedofilia
Ialah segala rasa tertarik dan mendapatkan kepuasan seksual pada orang dewasa dengan melakukan persetubuhan dengan anak-anak kecil. (Kartono, 1989 : 253)
7) Fethisme
Merupakan gejala abnormalitas seks, dengan dorongan seks yang dianggap sebagai substitut kekasih. (Kartono, 1989 : 253)
8) Frottage
Orang yang mengeluarkan seksnya dengan membelai-belai, mengelus-elus dan meraba-raba otang yang disenanginya tanpa disadari oleh sang korban. (Sa’abah, 2001 : 134)
9) Geronto Seksualitas
Adalah gejala orang muda yang lebih senang melakukan hubungan seks dengan wanita tua atau berumur lanjut. (Kartono, 1989: 255)
10) Incert
Adalah hubungan seks diantara pria dan wanita di dalam atau di luar ikatan perkawinan, mereka terkait dalam hubungan kekerabatan/ keturunan yang dekat sekali. (Kartono, 1989 : 255)
11) Saliromania
Ialah perilaku pria yang mendapatkan kepuasan seks dengan jalan mengotori atau menodai badan dan pakaian wanita, atau pengganti representan dari kaum wanita.
12) Tukar istri atau Wifes Waping
Istilah lain adalah tukar kunci. Prosesnya adalah dengan mengundi kunci-kunci kamar yang berisi istri masing-masing antara para suami anggota klub tersebut. Yang dapatkan kunci akan mendatangi kamar terseut dan menggauli istri orang lain yang berada didalamnya. (Sa’abah, 2001 : 136)
13) Misofilia, Kropofilia, dan Urofilia
Misofilia ialah tingkah laku seorang yang senang melakukan senggama dibarengi dengan kesenangan mengutak-utik tinja, air seni. Penyebabnya perkembangan yang salah semasa kecil, dimana ia menyemakan antara kepuasan seks dengan dosa dan najis. (Sa’abah, 2001 : 137)
Kropofilia sering terdapat pada kaum laki-laki, dan urofilia banyak terdapat pada kaum wanita. (Kartono, 1989 : 257)
d. Abnormalitas seks dengan cara-cara abnormal dalam pemuasan dorongan seksualnya.
1) Onani atau Masturbasi
Masturbasi (perancapan, onani) ialah upaya mencapai sati keadaan ereksi organ-organ kelamin dari perolehan orgasme lewat perangsangan manual dengan tangan atau perangsangan mekanisme. (Kartono, 1989 : 258)
2) Sadisme
Merupakan deviasi perilaku seksual yang pelaku seks akan memperoleh kepuasan atau kenikmatan seksual dengan menyiksa, menganiaya atau menyakiti pasangan seksualnya. (Kartono, 1992 : 271)
3) Mezokhisme
Merupakan kenikmatan seksual yang diperoleh jika derita secara fisik dilukai, diancam, dianiaya. (Kartono, 1992 : 240-241)
4) Voyeurisme, Peeping Tom
Ialah seseorang yang mencari kepuasan seks dengan melihat orang telanjang atau senggama. Disebut juga Peeping Tom karena cara yang ditempuh biasanya dengan diam-diam alias “ngintip”. (Sa’abah, 2001 : 143)
5) Ekshibisionisme
Yang dimaksudkan adalah secara sengaja mempertontonkan alat kelaminnya kepada lawan jenis tidak pada tempatnya. Kadang disertai dengan gerangan-gerakan lain yang tidak senonoh atau sambil bermasturbasi. (Supratiknya, 2002 : 99)
6) Skoptofilia
Ialah orang yang mendapat kepuasan seks dan dapat menghayati orgasme dengan jalan melihat proses senggama orang lain dan melihat genital orang lain. Mirip dengan Peeping Tom. (Sa’abah, 2001 : 145)
7) Transvestime
Adalah gejala mengalami rangsangan seksual dengan berpakaian/ berdandan seperti lawan jenis. Jadi, individu memperoleh kesenangan kenikmatan dengan memainkan peran sosial lawan jenisnya. (Supratiknya, 2002 : 96)
8) Tran Sexualism
Adalah gejala kelainan dimana penderita merasa bahwa dirinya terperangkap didalam tubuh lawan jenisnya. Gejala ini sering diatasi dengan konversi seks lewat operasi ganti kelamin. (Supratiknya, 2006: 96-97)
9) Troilisme atau Triolisme
Adalah kelainan seks berupa melakukan senggama dengan partner seksnya dengan menggunakan orang lain untuk menonton dirinya. (Kartono, 1989 : 266)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif deskriptif artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi fenomena, tidak berupa angka-angka koefisien tentang hubungan antar-variabel. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, bukan angka-angka. Tulisan hasil penelitian berisi kutipan-kutipan dari kumpulan data untuk memberikan ilustrasi dan mejadi materi laporan (Aminnudin, 1990 : 16).
Dalam hal ini, akan diungkapkan data-data berupa uraian-uraian dan percakapan-percakapan yang ada dalam novel Larung. Selain itu juga permasalahan-permasalahannya dianalissis dengan teori analisis yang digunakan yaitu teori strukturalisme dan psikologis, hal-hal yang perlu dipaparkan dalam penelitian ini meliputi objek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
1. Objek Penelitian
Sangidu (2004 : 61) menyatakan bahwa objek penelitian sastra adalah pokok atau topik penelitian sastra. Objek penelitian dapat berupa individu, benda, bahasa, karya sastra, budaya, perilaku dan sebagainya. Objek dalam penelitian ini adalah perilaku seksual dalam novel Larung karya Ayu Utami : Analisis Psikologi Sastra.
2. Data dan Sumber Data
a. Data
Data yang dikumpulkan dalam analisis deskriptif berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif (Moleong, 2002 : 6). Data penelitiannya, sebagai formal adalah kata-kata, kalimat, dan wacana (Ratna, 2004 : 6) dan wacana yang terdapat dalam novel Larung karya Ayu Utami.
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1) Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang berlangsung dari sumber data oleh penyelidik untuk keperluan penelitian (Surachman, 1990: 163). Sumber data primer penelitian ini adalah novel Larung karya Ayu Utami terbitan kepustakaan populer Gramedia, cetakan ke-3 Maret 2004, setebal 259 halaman.
2) Sumber Data Sekunder
Sunber data sekunder merupakan sumer data kedua (siswantoro, 2004: 140). Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : buku-buku acuan, majalah, dan hasil penelitian yang berhubungan dengan
permasalahan yang menjadi objek penelitian. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Endah Kurniawati (UMS, 2005) dengan judul skripsi “Analisis Tingkah Laku Ken Ratri Dalam Novel Merpati Biru karya Ahmad Munif : Tinjauan Psikologi Sastra”. Hardianto Wahyu Desanto (UNS, 2002) dengan judul skripsi “Novel Larung karya Ayu Utami (Tinjauan Sosiologi Sastra).
3) Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, dan catat. Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakna sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data (Subroto, 1992 : 42). Teknik catat berarti peneliti sebagai instrumen kunci melakukan pencatatan secara cermat, terarah dan teliti terhadap sumber data primer, yakni teks novel Larung untuk memperoleh data yang diinginkan.
4) Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis teknik kualitatif. Menurut Satoto (1991 : 15), analisis kualitatif dapat tergolong ke dalam metode deskriptif yang penerapannya bersifat menuturkan, memaparkan, memberikan, menganalisis dan menafsirkan.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik pembahasan heuristikdan hermeneutik. Menurut Reffaterre (dalam Sangidu, 2004 : 19), pembacaan heuristik merupakan cara kerja yang dilakukan pleh pembaca dengan menginterpresentasikan teks sastra secara referensial lewat tanda-tanda linguistik. Selanjutnya langkah kedua pembacaan hermeneutik merupakan cara kerja yang dilakukan oleh pembaca dengan bekerja secara terus menerus lewat pembacaan teks sastra secara bolak-balik dari awal sampai akhir (Riffaterre dan Culler dalam Sangidu, 2004 : 19).
Sutrisno (1984 : 42) menyatakan, metode induktif adalah metode dengan langkah-langkah menelaah terhadap fakta-fakta yang khusus, peristiwa yang konkret kemudian dari fakta-fakta yang khusus dibalik, digeneralisasikan yang mempunyai sifat umum yaitu dengan membaca novel Larung terlebih dahulu untuk menemukan peristiwa atau perilaku-perilaku yang dialami dari tokoh-tokoh novel Larung, kemudian dihubungkan dengan kejadian-kejadian dalam kehidupan nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1990. Sekitar Masalah Sastra. Malang : Yayasan Asah Asih Asuh.
Dafidoff, Linda L. 1988. Psikologi : Suatu Pengantar Jilid I (diterjemahkan oleh Mari Juniati). Jakarta : Erlangga.
. 1991. Psikologi : Suatu Pengantar Julid II (diterjemahkan oleh Mari Juniati). Jakarta : Erlangga.
Desanto, Hardianto wahyu. 2002. “Novel Larung Karya Ayu Utami (Tinjauan Sosiologi Sastra)”. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Endraswara. Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Widyatama.
Fanani, Sigmund. 1983. Memperkenalkan Psikonalisa (diterjemahkan oleh Bertends). Jakarta : Gramedia.
http://www.infokes.com
Jatman, Darmanto. 1985. Sastra, Psikologi, dan Masyarakat. Bandung : Penerbit Alumni.
Kartono, Kartini. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung : Mandar Maju.
. 1990. Psikologi Umum. Bandung. Mandar Maju.
. 1991. Psikologi Wanita Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung : CV. Mandar Maju.
Kurniawati, Endah. 2005. “Analisis Tingkah Laku Ken Ratri dalam Novel Merpati Biru Karya Ahmad Munif : Tinjauan Psikologi Sastra”. Skripsi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Moleang, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Karya.
Pradopo,Rachmad Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra. Metode Sastra dan Penerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta : Gama Media.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar: