Kecerdasan Emosional - skripsi man (dulrohman webs)

Selasa, 10 Januari 2012

Kecerdasan Emosional

 Pada bagian ini akan dibahas tentang struktur otak manusia, wilayah kecerdasan emosional dan pengembangan kecerdasan emosional.

1.    Struktur Otak manusia

Salah satu aspek penting yang harus dimiliki oleh seorang yang menaruh minat besar terhadap upaya pengembangan kecerdasan emosional adalah pengetahuan mengenai struktur dasar otak manusia yang berhubungan dengan kecerdasan. Berdasarkan pengetahuan ini, seorang dapat secara efektif menentukan tindakan dalam memanipulasi lingkungan yang akomodatif bagi  optimalisasi interakasi menkanisme otak dengan stimulus yang diterimanya.

Bobbi DePorter & Mike Hernacki dalam buku Quantum Learning menjelaskan dengan cukup baik petunjuk bagi orang awam tentang otak manusia. Otak manusia adalah massa protoplasma yang paling kompleks yang pernah dikenal dialam semesta. Organ ini terdiri dari tiga bagian dasar, masing-masing dengan struktur saraf tugas-tugas tertentu, yang oleh Dr. Paul Mo Lean disebut "otak triune"1. Ketiga bagian tersebut adalah : batang atau otak reptil, sistem limbik atau otak mamalia dan neokorieks.

Otak reptil merupakan komponen kecerdasan terendah yang bertanggung jawab atas fungsi-fungsi motoris-sensoris, berkaitan dengan pengetahuan tentang realitas fisik yang berasal dari panca indra. Otak mamalia (sistem limbik) terletak di bagian tengah otak mengelilingi otak reptil, bertanggung jawab atas fungsi-fungsi emosional dan kognitif serta pengaturan bioritme seseorang, seperti pola tidur, lapar, haus, tekanan darah, gairah seksual , dan metabolisme dalam tubuh. Dalam mekanisme  yang terjadi pada sistem limbik inilah kecerdasan emosional (EQ=Emotion Quotient) seseorang ditentukan. pusat terjadinya kegiatan emosional terletak pada pusat limbik yang disebut amigdala. Sedangkan Neokorteks terbungkus disekitar bagian atas dari sisi-sisi sistem limbik, yang membentuk 80% dari seluruh materi otak dan merupakan pusat bersemayamnya kecerdasan rasional atau kecerdasan Intelektual (IQ).

Menurut Dr. Jalaludin Rakhmat (1999) kecerdasan emosi sangat mempengaruhi manusia dalam mengambil keputusan. Bahkan tidak ada sama sekali keputusan yang diambil manusia murni dari pemikiran rasional karena seluruh keputusan manusia memiliki warna emosional. 2

Daniel Goleman dalam bukunya  mengungkapkan bagaimana otak itu tumbuh. Otak manusia dengan berat kurang lebih satu setengah kilo gram terdiri atas sel-sel dan cairan saraf. Bagian otak paling primitif adalah batang otak yang mengelilingi ujung atas sum-sum tulang belakang. Akar otak ini mengatur iungsi-fungsi dasar kehidupan seperti bernapas dan metabolisme organ-organ lain. Juga mengendalikan reaksi dan gerakan dengan pola yang sama. Otak primitif ini merupakan serangkaian regulator yang telah diprogram untuk menjaga agar tubuh berfungsi sebagaimana mestinya dan bereaksi dengan cara yang tidak membahayakan kelangsungan hidup.3

Dan akar yang paling primitif ini, yaitu batang otak, terbentuk pusat emosi. Dan wilayah emosi mi berkembanglah otak berpikir (The thinking brain) atau “neokorteks”, yaitu bonggol besar jaringan berkerut-kerut yang merupakan lapisan paling atas. Fakta bahwa otak berfikir tumbuh dan wilayah otak emosional mengungkapkan banyak hal tentang hubungan antara pikiran dan perasaan. Otak emosional sudah ada jauh sebelurn ada otak rasional.

Akar kehidupan emosional kita yang paling kuno adalah indra penciuman (Lobus olfaktori) yaitu sel yang menerima dan menganalisis bau. Dan lobus olfaktori, mulailah berkembang pusat-puat emosi primitif yang akhirnya tumbuh cukup besar rnelingkupi bagian atas batang otak. Dalam tahap-tahap awalnya, pusat olfaktori ini hanya terdiri atas lapisan-lapisan tipis neuron yang berfungsi menganalisis bau-bauan. Satu lapisan sel bertugas menerima bebauan dan memilahnya menjadi katagori yang cocok. Lapisan kedua sel mengirirn pesan-pesan refleksi ke seluruh sistem saraf untuk memberi tahu tubuh, apa yang harus di lakukan: menggigit, meludah, mendekati, lan, mengejar.

Muncul lapisan baru yang penting pada otak ernosional, lapisan-lapisan mi mengelilingi batang otak; bagian mi disebut sitem ‘limbik” (dan bahasa Latin “Limbus” yang berarti “cin-cin”). Sewaktu sitem limbik itu tumbuh, sistem tersebut mempertajam otak untuk pembelajaran dan ingatan. Bagian saluran limbik dan dasar rudirnenter neokorteks disebut “Rhinencephalon”, secara harfiah berarti “otak hidung” yang berfungsi membedakan yang baik dengan yang buruk.

 Otak mengalami pertumbuhan luar biasa, sejumlah lapisan sel otak baru ditambahkan ke atas dua lapisan tipis korteks -- bagian yang merencanakan, memahami apa yang diindra dan mengatur gerakan — untuk membentuk neokorteks. Neokorteks merupakan tempat pikiran; neokorteks mernuat pusat-pusat yang mengumpulkan dan memahami apa yang diserap oleh indra.

Neokorteks memungkinkan penyesuaian yang tepat. Kemampuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup itu disebabkan oleh bakat neokorteks untuk menyusun strategi, perencanaan jangka panjang dan kemampuan mental lainnya. Neokorteks menambahkan pada perasaan apa yang kita pikirkan tentang perasaan itu. Pada bagian ini memungkinkan bertambahnya nuansa-nuansa pada kehidupan emosional. Pemahaman terhadap struktur otak ini memiliki implikasi terhadap sistem maupun pola belajar individu.

2. Wilayah Kecerdasan Emosional

Pemahaman bagian ini dimulai dengan pengertian emosi, kecerdasan emosional menurut Peter Salovey dan Robert K. Cooper & Ayman Sawaf :

a.    Pengertian Emosi
Dalarn bahasa Latin, emosi dijelaskan sebagai “ jiwa yang menggerakkan kita”. Emosi  berlaku sebagai sumber energi, otentisitas dan semangat manusia yang paling kuat dan dapat memberikan sumber kebijakan intuitif Pada kenyataannya, perasaan memberikan informasi penting dan berpotensi rnenguntungkan setiap saat, menyalakan kreativitas, membuat kita jujur pada diri sendiri, menjalin hubungan saling mernpercayai, memberikan panduan bagi hidup dan karir, menuntun kita ke arah yang tidak terduga dan rnalah dapat
rnenyelarnatkan diri kita dari kehancuran. 6

Suatu pandangan yang berlawanan dengan cara berpikir konvensional, emosi tidak dianggap sebagai penghambat dalam hidup kita, melainkan sebagai sumber kecerdasan kepekaan, kedermawanan, bahkan kebijaksanaan. Emosi tidak bertentangan dengan pertimbangan dan penalaran yang baik.

Bahkan emosi bisa mengilhami dan rnenghidupkan pertimbangan dan penalaran yang baik. Emosi seperti halnya tubuh dan pikiran, berisi semua riwayat kita, semua yang kita alami, pemahaman yang mendalam tentang hidup kita. Emosi meliputi perasaan tentang siapa kita dan memasuki sistem kita dalam wujud energi. Energi bersifat mengalir. Energi inilah sumber utama pengaruh dan kekuasaan. Emosi tersusun dan energi yang terus mengalir dalam diri kita, terus menggerakkan sejumlah proses mendalam yang mempengaruhi setiap aspek kehidupan. Emosi rnenyulut kreativitas, kolaborasi, inisiatif dan transformasi. Emosi ternyata juga salah satu kekuatan penggerak . 7
Josh Hammond, presiden American Quality Foundation dalam buku Robert K. Cooper  & Ayman Sawaf ; mendefinisikan emosi sebagai sesuatu yang mernpunyai makna penting (high-performance) hampir pada semua perusahaan terkermuka. Makna emosi sebagai berikut :

Makna Konvensional
Makna High-Performance
Lambang kelemahan
Tidak boleh ada dalam bisnis
Harus dihindari
Membingungkan
Harus dipisahkan
Menghindari orang emosional
Hanya pikiran yang diperhatikan
Menggunakan kata-kata tanpa emosi
Lambang kekuatan
Penting dalam bisnis
Emosi memicu semangat bekerja
Memperjelas
Harus dipadukan
Mencari orang yang emosional
Emosi harus didengarkan
Menggunakan kata-kata emosional

Berdasarkan penelitiannya yang terakhir, Robert K. Cooper rnenambahkan sebagai berikut:
Makna Konvensional
Makna High-Performance
Menggangu penilaian yang baik
Mengalihkan perhatian kita
Tanda kerentanan
Menghalangi atau memperlambat penalaran
Menghalangi mekanisme kontrol
Memperlemah sikap-sikap yang sudah baku
Menghambat aliran data objektif
Merumitkan perencanaan manajemen
Mengurangi otoritas
Penting untuk penilaian yang baik
Memotivasi kita
Membuat kita nyata dan hidup
Mendorong atau mempercepat penalaran
Membangun kepercayaan dan keakraban
Membangkitkan nilai-nilai etika
Menyediakan informasi dan umpan balik yang vital
Memacu kreativitas dan inovasi
Mendatangkan pengaruh tanpa otoritas


b.    Pengertian Kecerdasan emosional

Banyak para ahli yang mengemukakan pengertian kecerdasan emosional, diantaranya Peter Salovey dan Robert K. Cooper & Ayman Sawaf.

1)    Pendapat Peter Salovey

Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dan Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire. Kecerdasan ini berhubungan dengan kualitas-kualitas antara lain: empati, rnengungkapkan dan mernahami perasaan, mengendalikan arnarah, kemandirian, kemampuan rnenyesuaikan diri, disukai orang lain, kemampuan memecahkan masalah, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap hormat .

Kualitas-kualitas tersebut di atas selanjutnya dikelompokkan oleh Salovey ke dalam lima wilayah utama:
a.      Mengenali emosi diri;
Wilayah ini merupakan dasar kecerdasan emosi. Penguasaan seseorang akan hal mi akan memiliki kepekaan atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi.
b.      Mengelola emosi;
Kecerdasan ernosi seseorang pada bagian ini ditunjukkan dengan kemajuan untuk menghihur diri sendiri. melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan sehingga dia dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dan kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.
c.      Memotivasi diri sendiri ;
Kecerdasan ini berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam membangkitkan hasrat, rnenguasai diri, menahan diri terhadap kepuasan dan kecemasan. Keberhasilan  dalam wilayah ini akan menjadikan seseorang cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan.
d) Mengenali emosi orang lain;
Berkaitan erat dengan empati, salah satu kecerdasan, emosional yang merupakan “keterampilan bergaul” dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
e) Membina hubungan,
Seni membina hubungan, menuntut kecerdasan dan keterampilan seseorang dalam mengelola emosi orang lain yang sangat diperlukan untuk menunjang, popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi.
Tentu saja kemampuan orang berbeda-beda dalam wilayah-wilayah di atas. Seseorang rnungkin sangat terampil dalam menangani kecemasan diri sendini misalnya, tetapi mengalami kerepotan meredam kemarahan orang lain. Tetapi karena karakteristik otak yang sangat plastis — mudah dibentuk melalui belajar — maka kekurangan-kekurangan dalarn kecerdasan dan keterampilan emosional dapat diperbaiki sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya di mana masing-masing wilayah menampilkan bentuk kebiasaan dan respons yang dapat dikernbangkan. Kelirna wilayah emosi di atas dapat dijadikan orang tua sebagai kerangka dalam memfasilitasi perkembangan kecerdasan emosional anak.

2) Pendapat Robert K. Cooper & Ayman Sawaf
Kecerdasan emosional menuntut kita untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan pada diri kita dan orang lain, menanggapinya dengan tepat, menerapkan informasi dan energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan seharihan secara efektif Kecerdasan emosional diartikan sebagai kemampuan merasàkan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh manusiawi. EQ sebagai kecerdasan yang dapat dipelajari, dikernbangkan, dan disempurnakan kapan pun terhadap setiap individu pada usia berapa pun dalam kajian kecerdasan emosi Robert K. Coopier dan Ayman sawaf mengembangakan empat model yaitu Model “Empat Batu Penjuru “
merupakan salah satu model untuk rnengembangkan EQ. Batu penjuru pertama berjudul kesadaran emosi (emotional literacy), yang bertujuan membangun tempat kedudukan bagi kepiawaian dan rasa percaya diri pribadi melalui kejujuran emosi, energi emosi, umpan balik, intuisi tanggungjawab dan koneksi. Batu penjuru kedua berjudul kebugaran emosi (emotional fitness); bertujuan mempertegas kesetiaan, sifat dapat dipercaya dan keuletan, memperluas Iingkaran kepercayaan dan kemampuan untuk mendengarkan, mengelola konflik dan mengatasi kekecewaan dengan cara paling konstruktif. Batu penjuru ketiga berjudul kedalaman emosi (emotional depth); mengeksplorasi cara-cara menyelaraskan hidup dan kerja dengan potensi dan bakat, mendukung dengan ketulusan, setia pada janji, rasa tanggungjawab, sampai kepada memperbesar pengaruh tanpa mengobral kewenangan. Batu penjuru keempat adalah alkimia emosi (emotional alchemy); tempat memperdalam naluri dan kemampuan kreatif, membangun keterampilan untuk Iebih peka akan adanya kernungkinan solusi yang masih tersembunvi, dan peluang yang masih terbuka.

catatan kaki :
1.__Boobi Depoter et.al.1999. Quantum Learning, membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. (Tej). Bandung : Kaifa hal 10)
2.__ Rahmat, J.1999. Sabar kunci kecerdasan emosi. Buletin Al Tanwirno. 140 dari 25 mei 1999 bandung : Muthakhari pres, hal. 2
3.__Damil Caveman, 1999. Working with emotional Intelegente. Newyork : Bantam book hal 30.
4.__ Ibid hal. 33
5.__ Semiawan Cony.1999. Kemampuan manusia sepanjang hayat seoptimal mungkin. Jakarta : Grasindo. Hal 25.
6.__Ginanjar.A.A, 2001. Rahasia suskses membangun kecerdasan emosi dan spiritual ESQ. Jakarta : Arga. Hal 44.
7.__Cooper, R.K et al. 2001. Excecutif EQ. Kecerdasan emosional dalam kepemimpinan dan organisasi . jakarta : Gramedia . Hal.  26
8.__Ibid. Hal 29
9.__Shapiro, E.L. 1998 : Mengajarkan emotional Intelegent pada anak (Terj.) : Jakarta. Gramedia.Hal 18
10.__Ibid. Hal 20-21.
11.__Robert ketal. Hal 30

Tidak ada komentar:

Berita Viral Terkini