CONTOH MAKALAH KORELASI JARINGAN LAN DISEKOLAH - skripsi man (dulrohman webs)

Kamis, 10 Desember 2015

CONTOH MAKALAH KORELASI JARINGAN LAN DISEKOLAH


BAB I
PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang Masalah
Seiring dengan berkembangnya dunia teknologi, dunia pendidikan di Indonesia juga mengalami banyak perkembangan, khususnya didalam pendidikan kejuruan. Secara garis besar, dunia pendidikan tingkat menengah atas di Indonesia terbagi menjadi dua kategori, yakni pendidikan umum seperti : SLTA, dan yang kedua adalah pendidikan kejuruan seperti : SMK bidang Teknologi dan Industri, SMIP (Sekolah Menengah Ilmu Pariwisata), SMF (Sekolah Menengah Farmasi) dll. Pendidikan umum secara garis besar dapat dikatakan sebagai lembaga pencetak anak didik yang memiliki keilmuan teoritis yang memadai sedangkan pendidikan kejuruan merupakan lembaga pencetak anak didik yang mempunyai kemampuan (skill) dibidang praktik (keilmuan terapan) yang nantinya mampu bekerja di bidang industri.
Dari penggolongan pendidikan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan kejuruan (keilmuan terapan) sangat dipengaruhi oleh perkembangan dunia industri, seperti misalnya industri otomotif akan mempengaruhi pendidikan kejuruan otomotif, industri mesin akan mempengaruhi pendidikan kejuruan mesin produksi, industri elektronika akan mempengaruhi pendidikan kejuruan elektronika, industri farmasi akan mempengaruhi pendidikan kejuruan farmasi, dan seterusnya sesuai dengan bidang industri yang ada.
Pendidikan kejuruan memiliki hubungan yang sangat erat dengan sektor industri yang sudah ada, maka apabila terdapat satu atau beberapa kemajuan atau inovasi di sektor industri tertentu, maka sudah dapat dipastikan akan terjadi perubahan dalam sistem pendidikan kejuruan yang bersangkutan. Misalnya, pada saat belum adanya sektor industri yang mengutamakan penggunaan komputer dan aplikasinya pada awal tahun hingga akhir tahun 90’an, maka pendidikan kejuruan belum membuka jurusan baru yang mengajarkan dan melatih bidang komputer tersebut, tetapi hanya menyisipkannya dalam program kejuruan tertentu, misalnya program kejuruan Teknologi Informatika. Dikarenakan perkembangan komputer yang begitu pesat dan maju, maka pendidikan kejuruan pun harus membuka program kejuruan baru yang mendukung sektor industri ini, Adapun program kejuruan baru di bidang teknologi komputer dan aplikasinya yang saat ini telah dibuat kurikulumnya oleh pemerintah adalah program Kejuruan Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak, Teknik Komputer dan Jaringan. Ketiga program ini awalnya merupakan satu bagian dari progaram kejuruan Teknologi Informasi, namun karena perkembangan dunia komputer yang saat ini semakin pesat, maka program Kejuruan Teknologi Informatika dipecah menjadi tiga program kejuruan yang mewakili sektor industri Komputer.
Program kejuruan Multimedia mewakili industri komputer dibidang pemanfaatan multimedia, yakni media suara dan media gambar. Program kejuruan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) mewakili industri komputer dibidang perancangan dan pembuatan perangkat lunak (software) komputer. Bidang terakhir yang mewakili industri komputer dibidang jaringan komputer adalah program kejuruan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).
Di masa depan, tidak menutup kemungkinan akan dibukanya program kejuruan baru yang sebelumnya belum pernah ada di Indonesia, dikarenakan perkembangan budaya dan teknologi berkembang sangat pesat.
Setelah terbukanya program – program kejuruan yang baru maka tantangan dunia pendidikan di Indonesia semakin berat. Peran pemerintah, sekolah, dan guru sebagai penyedia sarana dan prasarana pendidikan haruslah selalu ditingkatkan dan disempurnakan. Salah satu usaha yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan dengan jalan menyesuaikan kurikulum pendidikan kejuruan dengan kebutuhan industri sekaligus meningkatkan kreatifitas, mutu, dan efisiensi kerja dari lulusan lembaga pendidikan kejuruan.
Sehubungan dengan telah dibukanya program kejuruan Teknik Komputer dan Jaringan  yang menggunakan kurikulum KTSP pada dunia pendidikan kejuruan di Indonesia, maka penulis merasa tertarik pada salah satu program kejuruan ini. Dalam kurikulum KTSP, setiap mata pelajaran produktif disusun berdasarkan susunan hierarki bersyarat, yang berarti suatu kompetensi atau mata pelajaran yang sebelumnya, harus dikuasai terlebih dahulu sehingga murid dapat melanjutkan kepada mata pelajaran sesudahnya, sehingga akan tercipta suatu hubungan keterikatan antara mata pelajaran sebelumnya dengan mata pelajaran setelahnya yang akan dikuasai. Sebagai contoh adalah mata pelajaran Konfigurasi Local Area Network (LAN), sesuai dengan deskripsi pemelajaran yang terdapat pada kurikulum KTSP, sebelum murid mempelajari mata pelajaran ini, maka murid diharuskan terlebih dahulu menguasai mata pelajaran sebelumnya yaitu mata pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN).
Dengan dasar itulah, penulis berusaha mengupas permasalahan yang terjadi dalam pemelajaran yang mengacu kepada kurikulum KTSP ini, yakni dengan mengetengahkan judul skripsi “Korelasi Antara Hasil Belajar Mata Pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN) Dengan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Konfigurasi Local Area Network (LAN) Pada Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Kota Bekasi”.

1.2.Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang diangkat oleh penulis, yakni mengenai keterkaitan antara mata pelajaran yang menggunakan hierarki bersyarat. Maka dari itu, penulis ingin mencari tahu apakah terdapat korelasi antara hasil belajar mata pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN)  sebagai syarat kompetensi mata pelajaran selanjutnya yaitu mata pelajaran Konfigurasi Local Area Network (LAN).

1.3.Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada  Korelasi Antara Hasil Belajar Mata Pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN) Dengan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Konfigurasi Local Area Network (LAN) Pada Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Kota Bekasi adalah sebagai berikut :
1.         Hasil belajar pada mata pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN) yang dimaksud adalah hasil belajar yang diperoleh dari hasil tes tulis
2.         Hasil belajar pada mata pelajaran Konfigurasi Local Area Network (LAN)  yang dimaksud adalah hasil belajar yang diperoleh dari hasil tes tulis

1.4.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah ada korelasi antara hasil belajar mata pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN) dengan hasil belajar pada mata pelajaran Konfigurasi Local Area Network (LAN)  pada jurusan Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Kota Bekasi?

1.5.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah sebagai berikut :
1.         Untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam proses penelitian.
2.         Sebagai syarat untuk menyelesaikan program Strata 1.
3.         Mengetahui adanya korelasi antara hasil belajar mata pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN) dengan hasil belajar pada mata pelajaran Konfigurasi Local Area Network (LAN).
4.         Membuka kemungkinan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan.
5.         Menambah dan melengkapi informasi keteknikan dalam hal pengajaran dan pemelajaran Teknik Komputer dan Jaringan di Jurusan Elektronika Universitas Negeri Jakarta.

1.6.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan informasi dan manfaat bagi guru dan calon guru Teknik Komputer dan Jaringan, akan korelasi antara hasil belajar mata pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN) dengan hasil belajar pada mata pelajaran Konfigurasi Local Area Network (LAN).









BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS


      Kerangka Teori
Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari segala aktivitas manusia. Kegiatan belajar dimulai oleh manusia sejak lahir hingga menjadi tua selama memungkinkannya. Dalam mempelajari sesuatu tentu diperlukan tujuan yang akan dicapai oleh pelajar setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Tujuan pendidikan yang ditentukan tergantung dari berbagai macam faktor yang melatarbelakanginya tetapi pada dasarnya tujuan pendidikan yaitu mengubah sikap anak didik dari tidak tahu menjadi tahu.
Tujuan pendidikan diatas masih terlalu luas untuk ditafsirkan sehingga dapat dipersempit lagi menjadi tujuan untuk mengubah kelakuan anak didik atau bisa juga disebut untuk membentuk pribadi anak didik. Seperti dikemukakan oleh S. Nasution :
... belajar adalah mengubah kelakuan anak, jadi mengenai pembentukan pribadi anak. Hasil-hasil yang diharapkan bukan hanya bersifat pengetahuan, akan tetapi juga sikap, pemahaman, perluasan minat, penghargaan norma-norma, kecakapan, jadi meliputi seluruh pribadi anak.[1]

2.1.1.      Hasil belajar
Belajar dapat diartikan sebagai usaha untuk mencari dan menemukan arti atau pengertian. Menurut pendapat para ahli psikologi yang sangat berharga dalam dunia pendidikan ialah bahwa inti atau hakikat daripada belajar yaitu menangkap, menjelaskan dan menggunakan pengertian. Pada mulanya para ahli psikologi pendidikan merumuskan belajar menurut aliran mereka masing-masing tetapi dalam mengemukakan prinsip-prinsip belajar ternyata mengarah pada satu kesamaan yaitu :
1.      belajar selalu mulai dengan suatu problem dan berlangsung sebagai usaha untuk memecahkan masalah itu
2.      Proses belajar selalu merupakan suatu usaha untuk memecahkan suatu masalah yang sungguh-sungguh dengan menangkap atau memahami hubungan antara bagian-bagian problema itu.[2]
Oleh karena belajar dimulai dengan timbulnya persoalan yang memerlukan pemecahan, maka dapat dinyatakan bahwa dalam menjalani proses belajar mengajar guru telah menetapkan tujuan yang akan dicapai anak didik pada akhir proses tersebut.

CARI KURIKULUM KTSP 2008
RPP, SILABUS, TUJUAN NASIONAL,TUJUAN INSTITUSIONAL (STM), TUJUAN KURIKULER, TIU, TIK, PERUMUSAN RPP
  1. HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN INSTALASI LAN
  2. HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN KONFIGURASI LAN


·           Faktor-faktor belajar
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang bertalian erat satu sama lain utnuk mencapai tujuan
Dalam suatu lembaga pendidikan, komponen-komponen itu meliputi murid, guru, suasana ruang belajar, kurikulum. Komponen-komponen pendidikan itu dapat dikatakan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar.
Faktor-faktor ini tidak dapat ditentukan dengan hanya melihat bagian-bagian kecil saja tetapi faktor-faktor ini dapat dikenal dengan lebih baik bila pendidikan itu dilihat sebagai suatu keseluruhan yang lengkap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ini dapat timbul dari luar maupun dari dalam diri murid yang belajar. Faktor-faktor yang timbul dari dalam diri murid dikatakan oleh Brink meliputi :
1)      Situasi fisik yang lebih baik, antara lain : (a) tempat belajar yang baik, (b) badan yang sehat
2)      Hal yang bersifat psikis : (a) pemusatan perhatian, (b) motivasi, (c) perkembangan kebiasaan yang berguna (kebiasaan menunda, dihilangkan), (d) perencanaan, (e) penilaian sendiri (pengecekan)
3)      Kebiasaan belajar (study habits) : (a) kegemaran membaca, (b) membuat catatan dan ikhtisar, (c) mengingat, (d) memecahkan masalah / soal, (e) merevice, (f) memiliki sumber bacaan (reference), (g) menulis (written reports).[3]
Kita dapat menyatakan bahwa faktor-faktor yang disampaikan oleh Brink hanya dapat diperbaiki dan ditingkatkan oleh murid itu sendiri. Sedangkan faktor-faktor yang timbul dari luar dapat diperbaiki oleh guru dengan salah satu caranya yaitu pemilihan atau penentuan strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang cocok dengan situasi dan kondisi yang sedang berlangsung. Abdul Gafur menyatakan faktor-faktor belajar yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1)      Stimulus (rangsangan) atau metode penyampaian materi pelajaran
2)      Response (jawaban) atau reaksi yang dilakukan oleh siswa terhadap stimulus tersebut.
3)      Feedback (umpan balik) yang diberikan kepada siswa untuk menunjukkan tepat tidaknya response atau jawaban tersebut. [4]
Faktor-faktor belajar yang dimaksud oleh Abdul Gafur ini dapat diperjelas sebagai berikut :
Stimulus
Stimulus (rangsangan) atau metode penyampaian materi pelajaran dimaksud agar siswa dapat dengan mudah bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Stimulus tersebut dapat berupa pengalaman atau kejadian khusus yang diberikan kepada siswa untuk dapat merangsang minat dan pikiran siswa untuk dapat berbuat seperti yang dikehendaki oleh pendidik. Stimulus yang diberikan dapat berupa ucapan (verbal), penglihatan (visual), gerak (motion), dan warna (color).
Stimulus verbal bisa berbentuk ucapan maupun tulisan misalnya keterampilan wawancara atau menulis paper. Stimulus yang dipakai untuk keperluan tersebut dapat berupa ceramah, diskusi kelompok, buku, kaset radio dan lain-lain. Stimulus visual atau penglihatan menggunakan diagram, grafik, flow chart, film dan lain-lain. Stimulus motion atau gerak seperti setir mobil, tarian, senam dan lain-lain. Sedangkan stimulus color atau warna diperlukan untuk dapat membedakan warna-warna seperti warna darah, cat, bunga dan lain sebagainya.
Response
Response (jawaban) atau reaksi yang dilakukan oleh siswa terhadap stimulus yang diberikan merupakan informasi penting untuk efisien dan efektivitas program pengajaran.
Apabila dalam suatu proses belajar mengajar siswa bersikap pasif atau tidak mau terlibat dalam kegiatan belajar mengajar berarti stimulus yang diberikan tidak cukup untuk dapat menarik perhatian siswa. Padahal dalam kegiatan belajar mengajar, response atau jawaban sangat membantu kelancaran proses belajar mengajar. Adanya respons dari siswa menandakan stimulus yang dipakai dapat diterima dengan baik.
Jenis respon tergantung dari tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Respon yang diberikan oleh siswa dapat berbentuk tulisan, ucapan atau perbuatan. Bila tujuan pembelajaran menghendaki agar siswa dapat menulis suatu karangan dengan baik, maka respon yang tepat adalah tulisan. Sedangkan bila tujuan pembelajaran menghendaki agar siswa dapat berpidato dengan baik, maka respon yang tepat adalah ucapan. Dan bila tujuan pembelajaran menghendaki agar siswa dapat menari dengan baik, maka tentu saja respon yang tepat adalah perbuatan.
Feedback
Feedback (umpan balik) yang diberikan kepada siswa untuk menunjukkan tepat tidaknya respon atau jawaban sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar.
Dalam hal ini yang terpenting adalah pengumpulan data atau informasi yang berhubungan dengan respon siswa untuk digunakan sebagai evaluasi hasil belajar agar memperoleh tujuan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Evaluasi yang diberikan bertujuan untuk memperbaiki hasil belajar yang sesuai dengan yang diharapkan. Atau bisa juga dikatakan bahwa berdasarkan respon siswa, umpan balik dapat diberikan kepada siswa untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi atau untuk meningkatkan prestasinya.
Dari penguraian faktor-faktor belajar diatas, terlihat adanya kesatuan yang erat antara satu sama lain yang saling menunjang dalam proses belajar mengajar untuk memperoleh hasil belajar yang tahan lama.
Faktor-faktor belajar itu secara keseluruhan menciptakan suasana belajar dan situasi kelas yang baik untuk perkembangan wawasan pengetahuan siswa.
            Faktor-faktor belajar instalasi LAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Instalasi adalah ..................................., dan Local Area Network adalah ........................................................................, sehingga instalasi LAN adalah ................................................................................
Sebagai mata pelajaran yang berkaitan dengan dunia teknik, yang menuntut siswa untuk berpikir secara sistematis dan terampil dalam melakukan praktik, maka mata pelajaran ini juga memiliki ciri sebagaimana mata pelajaran teknik lainnya.
Dalam mempelajari instalasi LAN diperlukan pemahaman dan kemampuan untuk menganalisa kerja berbagai perangkat keras jaringan, mulai dari perangkat CPU, LAN card, kabel jaringan, konektor kabel, hub, router. Dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan instalasi LAN harus diperhatikan koneksi dari semua perangkat keras yang ada dan logika trouble shooting, yaitu pengecekan konektivitas dari perangkat keras mulai dari proses awal jaringan bekerja hingga ke akhir proses jaringan bekerja. Tanpa memahami logika trouble shooting ini maka kita tidak dapat menyelesaikan masalah instalasi LAN.
Demi kelancaran proses belajar mengajar maka materi ini diatur dari yang mudah kemudian secara bertahap menuju kepada yang sulit atau kompleks. Dengan pemberian materi yang bertingkat ini dapat diharapkan suasana belajar yang baik dapat terealisasi.
Instalasi LAN sebagai mata pelajaran teknik yang banyak mempergunakan praktik lapangan dalam menyelesaikan masalah instalasi LAN tentu berbeda dengan mata pelajaran yang menitikberatkan pada hafalan. Perbedaan ini menyebabkan terjadi pula perbedaan terhadap faktor-faktor belajar antara satu dengan yang lain, sehingga berpengaruh pada stimulus, respon, dan feedback yang diberikan kepada siswa dalam mata pelajaran Instalasi LAN. Keadaan ini dapat dikatakan sebagai faktor-faktor belajar Instalasi LAN. Apabila terjadi perubahan pada ketiga faktor belajar ini maka akan menyebabkan terjadi perubahan pada suasana belajar mengajar pada mata pelajaran Instalasi LAN
            Faktor-faktor belajar konfigurasi LAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konfigurasi adalah..................................., sehingga konfigurasi LAN adalah............................................................................

  1. Transfer belajar
Dengan melihat kedua faktor-faktor belajar diatas yaitu faktor-faktor belajar instalasi LAN serta konfigurasi LAN tersirat adanya prinsip transfer, yaitu pemindahan. Dalam menjelaskan pengertian transfer dalam proses belajar mengajar timbul berbagai definisi, antara lain :
a)      Dalam buku J. Mursell dan S. Nasution yaitu :
Transfer belajar terdapat bila sesuatu yang dipelajari dalam suatu bidang dapat digunakan di dalam bidang lain. Kalau kita belajar, kita senantiasa mengharapkan kemungkinan transfer. Anak-anak yang belajar berhitung di sekolah diharapkan dapat menggunakan kepandaiannya itu dalam situasi hidup sehari-hari.[5] Menurut suatu teori, transfer tergantung pada identical elements, unsur-unsur yang sama, misalnya antara latin dan bahasa perancis, aljabar dan ilmu alam dan sebagainya.[6]
Berdasarkan pengertian transfer belajar dari Mursell dan Nasution ini terlihat hal ini pun berlaku pada mata pelajaran Instalasi LAN dengan Konfigurasi LAN. Adanya unsur-unsur yang sama antara keduanya akan mempermudah menyelesaikan masalah konfigurasi LAN dengan bantuan Instalasi LAN.
b)      Dalam buku Soegarda Poerbakawatja yaitu :
Transfer belajar merupakan latihan suatu kecakapan pada suatu bidang tertentu yang dapat mengakibatkan latihan itu hasilnya berlaku juga di lapangan lain, yaitu dimana kecakapan itu tidak dilatih. Misalnya menambah kecakapan berhitung akan mengakibatkan penambahan kecakapan ilmu pasti. Melatih di bidang ilmu pasti akan memungkinkan orang berpikir lebih baik di bidang-bidang lain seperti sastra, politik dan ekonomi.[7]
Berdasarkan pengertian transfer belajar dari Poerbakawatja ini, terlihat hal yang sama berlaku pula pada mata pelajaran Instalasi LAN dengan Konfigurasi LAN. Bagi siswa yang telah mempelajari konfigurasi LAN maka ia dapat menyelesaikan masalah yang terkait dengan instalasi LAN.
c)      Dalam buku I.L. Pasaribu dan B. Simanjuntak
Transfer dapat diartikan pemindahan hasil belajar. Pemindahan belajar terjadi apabila pelajaran yang kita peroleh dalam satu lapangan kegiatan menyebabkan kita lebih maju dalam mempelajari lapangan kegiatan yang lain.[8] Berdasarkan teori transfer bahwa transfer terjadi, karena :
1.      Ada unsur komponen yang identik.
Belajar ilmu hewan lebih dulu, kemudian ilmu tumbuh-tumbuhan
2.      Transposisi
Ini berdasar pada Gestalt Theories. Transposisi terjadi pemindahan struktur dari mata pelajaran satu kepada pelajaran yang lain. Bila mempelajari lagu dalam nada tertentu, maka lagu itu bisa dimainkan pada nada lain.
3.      Prinsip sama
Ini berdasar pada pendapat Woodworth, Thorndike, Guthric. Prinsip terbang-layang untuk kapal terbang.[9]
Pengertian transfer belajar diatas lebih memperjelas arti daripada transfer itu disertai syarat-syarat memungkinkan terjadinya transfer belajar.
Dari ketiga penjelasan tentang transfer belajar diatas dapat diambil intisarinya, yaitu pada dasarnya transfer belajar merupakan pemindahan cara belajar dan hasil belajar antara mata pelajaran yang mempunyai unsur komponen yang identik, transposisi dan prinsip yang sama.
Untuk lebih memperjelas syarat-syarat terjadinya transfer belajar antara mata pelajaran Instalasi LAN dengan Konfigurasi LAN berdasarkan persyaratan yang dikemukakan dalam buku Pasaribu dan Simanjuntak adalah sebagai berikut :
Adanya unsur komponen yang identik
Dengan melihat materi dari pelajaran Instalasi LAN dan Konfigurasi LAN ditemukan adanya unsur komponen yang identik, yaitu mempelajari Local Area Network.
Transposisi
Dalam penyelesaian masalah pada mata pelajaran Konfigurasi LAN, tetap menggunakan logika trouble shooting yang meliputi perangkat lunak dan perangkat keras yang dipelajari pada mata pelajaran Instalasi LAN.
Prinsip sama
Dengan memahami prinsip kerja dari Instalasi LAN, maka dalam menghadapi permasalahan Konfigurasi LAN dapat diselesaikan dengan kesalahan yang relatif kecil.
Dalam mempelajari konfigurasi LAN diperlukan bantuan dari hasil belajar yang telah didapat dari Instalasi LAN untuk mempermudah dalam menerima materi Konfigurasi LAN. Oleh sebab itu dibutuhkan transfer belajar yang berupa pemindahan cara belajar dan hasil belajar Instalasi LAN sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan.




Penelitian mengenai pencarian hubungan atau korelasi terhadap dua buah hal atau sering disebut sebagai variabel, sudah banyak dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya sebuah hubungan timbal balik diantara dua variabel yang diduga memiliki hubungan saling keterkaitan. Korelasi sendiri berarti hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik ini kerapkali menjadi pusat perhatian para ahli – ahli penyidik, misalnya hubungan antara permintaan dan penawaran, hubungan antara keadaan lingkungan dengan sifat pribadi, hubungan antara kemelaratan dan kejahatan, dan sebagainya (Hadi, 1995, hal. 271).
Tujuan dari suatu penyelidikan korelasi adalah untuk menetapkan atau mengungkapkan suatu hubungan dalam membuat prediksi atau prakiraan. Meskipun dari kenyataan ada hubungan yang erat antara dua variabel, seseorang tidak dapat menyimpulkan bahwa variabel yang satu adalah penyebab dari variabel yang lain. Hal ini disebabkan mungkin ada faktor ketiga yang mempengaruhi variabel pertama, atau variabel kedua, atau mungkin mempengaruhi kedua – duanya. Dengan mengabaikan ada atau tidaknya suatu hubungan sebab akibat, adanya hubungan yang erat memungkinkan kita untuk membuat prakiraan berdasarkan pendapat Sumanto (1990, hal. 7).
Menurut Hadi (1995, hal. 271) suatu hubungan atau korelasi sendiri memiliki dua buah arah yang berlainan, yakni korelasi positif dan korelasi negatif. Pada hubungan atau korelasi positif, peningkatan nilai dari variabel pertama juga disamai dengan adanya peningkatan nilai oleh variabel kedua. Sehingga keduanya akan mengalami peningkatan kearah yang sama. Sedangkan pada hubungan atau korelasi negatif, penurunan nilai dari variabel pertama juga akan disamai dengan adanya penurunan nilai dari variabel kedua, sehingga keduanya mengalami penurunan ke arah yang sama.
Pada kehidupan sehari – hari, sebuah kegiatan pemelajaran tak lepas dari hubungan atau korelasi yang terjadi diantara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya atau diantara kompetensi satu dengan kompetensi yang lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa akan tercipta suatu hubungan yang erat yang saling mempengaruhi antara mata pelajaran. Menurut Dali (1978, hal. 16), jika sekiranya mata pelajaran yang menjadi dasar itu telah dikuasai secara mendalam., hal itu akan membuat seseorang mudah mengikuti pelajaran lanjutan serta dapat belajar sendiri.
Dengan adanya sebuah hubungan atau korelasi diantara mata pelajaran atau kompetensi satu dengan yang lainnya, maka tidak menutup kemungkinan bahwa sebuah hasil belajar sebelumnya akan dapat mempengaruhi hasil belajar dari kompetensi lanjutannya. Hal ini menjadi alasan dasar mengenai penelitian korelasi antara hasil belajar pada mata pelajaran sebelumnya dengan hasil belajar pada mata pelajaran lanjutannya.

      Kerangka Berpikir
Sebuah usaha atau hasil kerja tidak dapat terlepas dari adanya kemampuan dasar yang dimiliki seseorang. Baik hasil kerja tersebut merupakan hasil yang baik dan maksimal atau hasil kerja yang buruk dan tidak maksimal, hal tersebut merupakan buah karya dari kemampuan dan pengalaman dasar yang sebelumnya dimiliki.
Beranjak dari penjelasan sebelumnya, maka dapat diambil sebuah generalisasi bahwa kemampuan penguasaan dasar dari sebuah pengetahuan dan latihan akan dapat mempengaruhi hasil yang akan diperoleh dari bidang keahlian yang berdasar kepada kemampuan sebelumnya.
Hasil belajar dalam dunia pendidikan juga tidak terlepas dari kemampuan pengetahuan dasar dan latihan yang dimiliki seorang murid pada dirinya. Seorang murid yang sedang menekuni bidang keahlian akan dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan maksimal sesuai dengan kemampuannya.
Dengan adanya hubungan antara kemampuan dasar seorang murid dengan hasil belajarnya, maka sebuah penelitian mengenai hubungan atau korelasi antara hasil belajar mata pelajaran, pun dapat dilakukan. Hal tersebut dilakukan untuk membuktikan dan mengetahui kebenaran dari teori – teori yang telah ada sebelumnya.
Dalam deskripsi pemelajaran Kurikulum KTSP, tercantum hal – hal yang harus terlebih dahulu dipenuhi oleh penyedia jasa pendidikan, salah satunya adalah unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya oleh seorang murid. Hal ini juga dapat dijadikan dasar adanya penelitian untuk mencari hubungan atau korelasi unit kompetensi dasar yang harus dikuasai dengan hasil belajar dari kompetensi yang akan dipelajari.
Pada deskripsi pemelajaran kompetensi mata pelajaran Konfigurasi Local Area Network (LAN), terdapat 1 buah unit kompetensi yang terlebih dahulu harus dikuasai murid, yakni mata pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN). Beranjak dari hal inilah yang menunjukkan adanya hubungan yang terjadi antara unit kompetensi pendukung dengan unit kompetensi yang akan dipelajari.

      Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan, kerangka teori, dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Terdapat korelasi antara hasil belajar mata pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN) dengan hasil belajar pada mata pelajaran Konfigurasi Local Area Network (LAN) pada jurusan Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Kota Bekasi.













BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode korelasi. Menurut Sumanto (1990, hal. 63), penelitian korelasi berkaitan dengan pengumpulan data untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan seberapakah tingkat hubungannya. Di sini, tingkat hubungan dinyatakan sebagai suatu koefisien korelasi.

3.2. Responden dan Waktu Penelitian
Sebagai responden dalam penelitian ini adalah murid tingkat II kelas Teknik Komputer dan Jaringan Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan SMKN 1 Kota Bekasi Tahun Ajaran 2008/2009.

3.3. Desain dan Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain dasar pengambilan sebuah nilai dari dua buah variabel sampel yang akan diteliti hubungan atau korelasinya.
Adapun prosedur yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)         Penelitian dimulai dengan pengambilan data berupa nilai dari masing – masing variabel yang akan diteliti hubungan atau korelasinya dari masing – masing guru mata pelajaran yang bersangkutan
2)         Data nilai yang pertama berasal dari nilai kompetensi Instalasi Local Area Network (LAN) dan data nilai yang kedua dari nilai kompetensi Konfigurasi Local Area Network (LAN)
3)         Setelah data berupa nilai dari kedua variabel diperoleh, maka selanjutnya adalah proses analisis data dengan menggunakan perhitungan statistik.

3.4. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diuji korelasinya, yakni variabel bebas sebagai variabel X yang diwakili oleh nilai kompetensi dasar, dalam hal ini adalah nilai kompetensi dari mata pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN), dan variabel terikat sebagai variabel Y yang diwakili oleh nilai kompetensi Instalasi Local Area Network (LAN).

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah murid tingkat II jurusan Teknik Komputer dan Jaringan SMKN 1 Kota Bekasi Tahun Ajaran 2008/2009. Teknik pengambilan sampel cluster, yakni dengan mengambil dua kelas dengan total populasi 60 orang.
Pemilihan sampel cluster adalah pemilihan sampel yang dipilih secara acak bukan individual, tetapi kelompok – kelompok. Semua anggota (kelompok) mempunyai karakteristik yang sama (Sumanto, 1990, hal. 27).

3.6. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah perhitungan berdasarkan statistik deskriptif dengan metode korelasi produk momen Pearson pada taraf signifikansi α = 0,05. Korelasi tersebut dinyatakan oleh koefisien korelasi dengan notasi r.
Adapun rumus korelasi produk momen Pearson adalah :
Dimana :
r  = koefisien korelasi Pearson
X = variabel bebas
Y = variabel terikat
DAFTAR PUSTAKA


Hadi, Sutrisno. 1995. Metodologi Research jilid 3. Andi Offset. Yogyakarta

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok – pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Sumanto, 1990. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Andi Offset. Yogyakarta.










[1] S. Nasution. 1982. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung : Jemmars, hal. 9.
[2] J. Mursell dan S. Nasution. 1982. Mengajar dengan sukses. Bandung : Jemmars, hal. 25.
[3] I.L. Pasaribu dan B. Simanjuntak, Proses Belajar Mengajar (Bandung : Tarsito, 1983) p.99
[4] Abdul Gafur, Disain Instruksional (Solo : Tiga Serangkai, 1982) p.98
[5] J. Mursell dan S. Nasution, MEngajar dengan sukses. Bandung : Jemmars, 1982. p.33
[6] J. Mursell dan S. Nasution, MEngajar dengan sukses. Bandung : Jemmars, 1982. p.34
[7] Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan (Jakarta : Gunung Agung, 1976). p.305
[8] Pasaribu, I.L. dan B. Simanjuntak, PRoses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito, 1983. p.98
[9] Pasaribu, I.L. dan B. Simanjuntak, PRoses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito, 1983. p.98

Tidak ada komentar:

Berita Viral Terkini