BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Masalah
Seiring
dengan berkembangnya dunia teknologi, dunia pendidikan di Indonesia juga
mengalami banyak perkembangan, khususnya didalam pendidikan kejuruan. Secara
garis besar, dunia pendidikan tingkat menengah atas di Indonesia terbagi
menjadi dua kategori, yakni pendidikan umum seperti : SLTA, dan yang kedua
adalah pendidikan kejuruan seperti : SMK bidang Teknologi dan Industri, SMIP
(Sekolah Menengah Ilmu Pariwisata), SMF (Sekolah Menengah Farmasi) dll.
Pendidikan umum secara garis besar dapat dikatakan sebagai lembaga pencetak
anak didik yang memiliki keilmuan teoritis yang memadai sedangkan pendidikan
kejuruan merupakan lembaga pencetak anak didik yang mempunyai kemampuan (skill)
dibidang praktik (keilmuan terapan) yang nantinya mampu bekerja di bidang
industri.
Dari
penggolongan pendidikan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan
kejuruan (keilmuan terapan) sangat dipengaruhi oleh perkembangan dunia
industri, seperti misalnya industri otomotif akan mempengaruhi pendidikan
kejuruan otomotif, industri mesin akan mempengaruhi pendidikan kejuruan mesin
produksi, industri elektronika akan mempengaruhi pendidikan kejuruan
elektronika, industri farmasi akan mempengaruhi pendidikan kejuruan farmasi,
dan seterusnya sesuai dengan bidang industri yang ada.
Pendidikan
kejuruan memiliki hubungan yang sangat erat dengan sektor industri yang sudah
ada, maka apabila terdapat satu atau beberapa kemajuan atau inovasi di sektor
industri tertentu, maka sudah dapat dipastikan akan terjadi perubahan dalam
sistem pendidikan kejuruan yang bersangkutan. Misalnya, pada saat belum adanya
sektor industri yang mengutamakan penggunaan komputer dan aplikasinya pada awal
tahun hingga akhir tahun 90’an, maka pendidikan kejuruan belum membuka jurusan
baru yang mengajarkan dan melatih bidang komputer tersebut, tetapi hanya
menyisipkannya dalam program kejuruan tertentu, misalnya program kejuruan
Teknologi Informatika. Dikarenakan perkembangan komputer yang begitu pesat dan
maju, maka pendidikan kejuruan pun harus membuka program kejuruan baru yang
mendukung sektor industri ini, Adapun program kejuruan baru di bidang teknologi
komputer dan aplikasinya yang saat ini telah dibuat kurikulumnya oleh
pemerintah adalah program Kejuruan Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak, Teknik
Komputer dan Jaringan. Ketiga program ini awalnya merupakan satu bagian dari
progaram kejuruan Teknologi Informasi, namun karena perkembangan dunia komputer
yang saat ini semakin pesat, maka program Kejuruan Teknologi Informatika dipecah
menjadi tiga program kejuruan yang mewakili sektor industri Komputer.
Program
kejuruan Multimedia mewakili industri komputer dibidang pemanfaatan multimedia,
yakni media suara dan media gambar. Program kejuruan Rekayasa Perangkat Lunak
(RPL) mewakili industri komputer dibidang perancangan dan pembuatan perangkat
lunak (software) komputer. Bidang terakhir yang mewakili industri komputer
dibidang jaringan komputer adalah program kejuruan Teknik Komputer dan Jaringan
(TKJ).
Di
masa depan, tidak menutup kemungkinan akan dibukanya program kejuruan baru yang
sebelumnya belum pernah ada di Indonesia, dikarenakan perkembangan budaya dan
teknologi berkembang sangat pesat.
Setelah
terbukanya program – program kejuruan yang baru maka tantangan dunia pendidikan
di Indonesia semakin berat. Peran pemerintah, sekolah, dan guru sebagai
penyedia sarana dan prasarana pendidikan haruslah selalu ditingkatkan dan
disempurnakan. Salah satu usaha yang dilakukan untuk menghadapi tantangan
tersebut adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan dengan jalan menyesuaikan
kurikulum pendidikan kejuruan dengan kebutuhan industri sekaligus meningkatkan
kreatifitas, mutu, dan efisiensi kerja dari lulusan lembaga pendidikan
kejuruan.
Sehubungan
dengan telah dibukanya program kejuruan Teknik Komputer dan Jaringan yang menggunakan kurikulum KTSP pada dunia
pendidikan kejuruan di Indonesia, maka penulis merasa tertarik pada salah satu
program kejuruan ini. Dalam kurikulum KTSP, setiap mata pelajaran produktif
disusun berdasarkan susunan hierarki bersyarat, yang berarti suatu kompetensi
atau mata pelajaran yang sebelumnya, harus dikuasai terlebih dahulu sehingga murid
dapat melanjutkan kepada mata pelajaran sesudahnya, sehingga akan tercipta
suatu hubungan keterikatan antara mata pelajaran sebelumnya dengan mata pelajaran
setelahnya yang akan dikuasai. Sebagai contoh adalah mata pelajaran Konfigurasi
Local Area Network (LAN), sesuai dengan deskripsi pemelajaran yang terdapat
pada kurikulum KTSP, sebelum murid mempelajari mata pelajaran ini, maka murid
diharuskan terlebih dahulu menguasai mata pelajaran sebelumnya yaitu mata pelajaran
Instalasi Local Area Network (LAN).
Dengan
dasar itulah, penulis berusaha mengupas permasalahan yang terjadi dalam
pemelajaran yang mengacu kepada kurikulum KTSP ini, yakni dengan mengetengahkan
judul skripsi “Korelasi Antara Hasil Belajar Mata Pelajaran Instalasi Local
Area Network (LAN) Dengan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Konfigurasi Local
Area Network (LAN) Pada Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Kota
Bekasi”.
1.2.Identifikasi
Masalah
Sesuai
dengan latar belakang masalah yang diangkat oleh penulis, yakni mengenai
keterkaitan antara mata pelajaran yang menggunakan hierarki bersyarat. Maka
dari itu, penulis ingin mencari tahu apakah terdapat korelasi antara hasil
belajar mata pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN) sebagai syarat kompetensi mata pelajaran
selanjutnya yaitu mata pelajaran Konfigurasi Local Area Network (LAN).
1.3.Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah
pada Korelasi Antara Hasil Belajar Mata
Pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN) Dengan Hasil Belajar Pada Mata
Pelajaran Konfigurasi Local Area Network (LAN) Pada Jurusan Teknik Komputer dan
Jaringan di SMKN 1 Kota Bekasi adalah sebagai berikut :
1.
Hasil
belajar pada mata pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN) yang dimaksud
adalah hasil belajar yang diperoleh dari hasil tes tulis
2.
Hasil
belajar pada mata pelajaran Konfigurasi Local Area Network (LAN) yang dimaksud adalah hasil belajar yang
diperoleh dari hasil tes tulis
1.4.Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah ada korelasi antara hasil belajar
mata pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN) dengan hasil belajar pada
mata pelajaran Konfigurasi Local Area Network (LAN) pada jurusan Teknik Komputer dan Jaringan di
SMKN 1 Kota Bekasi?
1.5.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini
secara umum adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
menambah wawasan dan pengalaman dalam proses penelitian.
2.
Sebagai
syarat untuk menyelesaikan program Strata 1.
3.
Mengetahui
adanya korelasi antara hasil belajar mata pelajaran Instalasi Local Area
Network (LAN) dengan hasil belajar pada mata pelajaran Konfigurasi Local Area
Network (LAN).
4.
Membuka
kemungkinan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan.
5.
Menambah
dan melengkapi informasi keteknikan dalam hal pengajaran dan pemelajaran Teknik
Komputer dan Jaringan di Jurusan Elektronika Universitas Negeri Jakarta.
1.6.Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan informasi dan manfaat bagi
guru dan calon guru Teknik Komputer dan Jaringan, akan korelasi antara hasil
belajar mata pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN) dengan hasil belajar
pada mata pelajaran Konfigurasi Local Area Network (LAN).
BAB II
LANDASAN
TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Kerangka Teori
Belajar
merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari segala aktivitas
manusia. Kegiatan belajar dimulai oleh manusia sejak lahir hingga menjadi tua
selama memungkinkannya. Dalam mempelajari sesuatu tentu diperlukan tujuan yang
akan dicapai oleh pelajar setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Tujuan
pendidikan yang ditentukan tergantung dari berbagai macam faktor yang
melatarbelakanginya tetapi pada dasarnya tujuan pendidikan yaitu mengubah sikap
anak didik dari tidak tahu menjadi tahu.
Tujuan
pendidikan diatas masih terlalu luas untuk ditafsirkan sehingga dapat
dipersempit lagi menjadi tujuan untuk mengubah kelakuan anak didik atau bisa
juga disebut untuk membentuk pribadi anak didik. Seperti dikemukakan oleh S.
Nasution :
... belajar adalah
mengubah kelakuan anak, jadi mengenai pembentukan pribadi anak. Hasil-hasil
yang diharapkan bukan hanya bersifat pengetahuan, akan tetapi juga sikap,
pemahaman, perluasan minat, penghargaan norma-norma, kecakapan, jadi meliputi
seluruh pribadi anak.[1]
2.1.1. Hasil belajar
Belajar
dapat diartikan sebagai usaha untuk mencari dan menemukan arti atau pengertian.
Menurut pendapat para ahli psikologi yang sangat berharga dalam dunia
pendidikan ialah bahwa inti atau hakikat daripada belajar yaitu menangkap,
menjelaskan dan menggunakan pengertian. Pada mulanya para ahli psikologi
pendidikan merumuskan belajar menurut aliran mereka masing-masing tetapi dalam
mengemukakan prinsip-prinsip belajar ternyata mengarah pada satu kesamaan yaitu
:
1. belajar selalu mulai dengan suatu
problem dan berlangsung sebagai usaha untuk memecahkan masalah itu
2. Proses belajar selalu merupakan
suatu usaha untuk memecahkan suatu masalah yang sungguh-sungguh dengan
menangkap atau memahami hubungan antara bagian-bagian problema itu.[2]
Oleh karena belajar
dimulai dengan timbulnya persoalan yang memerlukan pemecahan, maka dapat
dinyatakan bahwa dalam menjalani proses belajar mengajar guru telah menetapkan
tujuan yang akan dicapai anak didik pada akhir proses tersebut.
CARI KURIKULUM KTSP 2008
RPP, SILABUS, TUJUAN NASIONAL,TUJUAN
INSTITUSIONAL (STM), TUJUAN KURIKULER, TIU, TIK, PERUMUSAN RPP
- HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN INSTALASI LAN
- HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN KONFIGURASI LAN
·
Faktor-faktor
belajar
Pendidikan merupakan suatu sistem yang
terdiri dari berbagai komponen yang bertalian erat satu sama lain utnuk
mencapai tujuan
Dalam suatu lembaga pendidikan,
komponen-komponen itu meliputi murid, guru, suasana ruang belajar, kurikulum.
Komponen-komponen pendidikan itu dapat dikatakan sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar mengajar.
Faktor-faktor ini tidak dapat ditentukan
dengan hanya melihat bagian-bagian kecil saja tetapi faktor-faktor ini dapat dikenal
dengan lebih baik bila pendidikan itu dilihat sebagai suatu keseluruhan yang
lengkap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar ini dapat timbul dari luar maupun dari dalam diri murid yang belajar.
Faktor-faktor yang timbul dari dalam diri murid dikatakan oleh Brink meliputi :
1) Situasi fisik yang lebih baik,
antara lain : (a) tempat belajar yang baik, (b) badan yang sehat
2) Hal yang bersifat psikis : (a)
pemusatan perhatian, (b) motivasi, (c) perkembangan kebiasaan yang berguna
(kebiasaan menunda, dihilangkan), (d) perencanaan, (e) penilaian sendiri
(pengecekan)
3) Kebiasaan belajar (study habits)
: (a) kegemaran membaca, (b) membuat catatan dan ikhtisar, (c) mengingat, (d)
memecahkan masalah / soal, (e) merevice, (f) memiliki sumber bacaan
(reference), (g) menulis (written reports).[3]
Kita dapat menyatakan bahwa faktor-faktor
yang disampaikan oleh Brink hanya dapat diperbaiki dan ditingkatkan oleh murid
itu sendiri. Sedangkan faktor-faktor yang timbul dari luar dapat diperbaiki
oleh guru dengan salah satu caranya yaitu pemilihan atau penentuan strategi
pembelajaran dan media pembelajaran yang cocok dengan situasi dan kondisi yang
sedang berlangsung. Abdul Gafur menyatakan faktor-faktor belajar yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :
1) Stimulus (rangsangan) atau metode
penyampaian materi pelajaran
2) Response (jawaban) atau reaksi
yang dilakukan oleh siswa terhadap stimulus tersebut.
3) Feedback (umpan balik) yang
diberikan kepada siswa untuk menunjukkan tepat tidaknya response atau jawaban
tersebut. [4]
Faktor-faktor belajar yang dimaksud oleh
Abdul Gafur ini dapat diperjelas sebagai berikut :
Stimulus
Stimulus (rangsangan) atau metode
penyampaian materi pelajaran dimaksud agar siswa dapat dengan mudah bertingkah
laku sesuai dengan yang diharapkan. Stimulus tersebut dapat berupa pengalaman
atau kejadian khusus yang diberikan kepada siswa untuk dapat merangsang minat
dan pikiran siswa untuk dapat berbuat seperti yang dikehendaki oleh pendidik.
Stimulus yang diberikan dapat berupa ucapan (verbal), penglihatan (visual),
gerak (motion), dan warna (color).
Stimulus verbal bisa berbentuk ucapan
maupun tulisan misalnya keterampilan wawancara atau menulis paper. Stimulus
yang dipakai untuk keperluan tersebut dapat berupa ceramah, diskusi kelompok,
buku, kaset radio dan lain-lain. Stimulus visual atau penglihatan menggunakan diagram,
grafik, flow chart, film dan lain-lain. Stimulus motion atau gerak seperti
setir mobil, tarian, senam dan lain-lain. Sedangkan stimulus color atau warna
diperlukan untuk dapat membedakan warna-warna seperti warna darah, cat, bunga
dan lain sebagainya.
Response
Response (jawaban) atau reaksi yang
dilakukan oleh siswa terhadap stimulus yang diberikan merupakan informasi
penting untuk efisien dan efektivitas program pengajaran.
Apabila dalam suatu proses belajar
mengajar siswa bersikap pasif atau tidak mau terlibat dalam kegiatan belajar
mengajar berarti stimulus yang diberikan tidak cukup untuk dapat menarik
perhatian siswa. Padahal dalam kegiatan belajar mengajar, response atau jawaban
sangat membantu kelancaran proses belajar mengajar. Adanya respons dari siswa
menandakan stimulus yang dipakai dapat diterima dengan baik.
Jenis respon tergantung dari tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Respon yang diberikan oleh siswa
dapat berbentuk tulisan, ucapan atau perbuatan. Bila tujuan pembelajaran
menghendaki agar siswa dapat menulis suatu karangan dengan baik, maka respon
yang tepat adalah tulisan. Sedangkan bila tujuan pembelajaran menghendaki agar
siswa dapat berpidato dengan baik, maka respon yang tepat adalah ucapan. Dan
bila tujuan pembelajaran menghendaki agar siswa dapat menari dengan baik, maka
tentu saja respon yang tepat adalah perbuatan.
Feedback
Feedback (umpan balik) yang diberikan
kepada siswa untuk menunjukkan tepat tidaknya respon atau jawaban sangat
mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar.
Dalam hal ini yang terpenting adalah
pengumpulan data atau informasi yang berhubungan dengan respon siswa untuk
digunakan sebagai evaluasi hasil belajar agar memperoleh tujuan yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Evaluasi yang diberikan bertujuan untuk memperbaiki
hasil belajar yang sesuai dengan yang diharapkan. Atau bisa juga dikatakan
bahwa berdasarkan respon siswa, umpan balik dapat diberikan kepada siswa untuk mengatasi
kesulitan yang dihadapi atau untuk meningkatkan prestasinya.
Dari penguraian faktor-faktor belajar
diatas, terlihat adanya kesatuan yang erat antara satu sama lain yang saling
menunjang dalam proses belajar mengajar untuk memperoleh hasil belajar yang
tahan lama.
Faktor-faktor belajar itu secara
keseluruhan menciptakan suasana belajar dan situasi kelas yang baik untuk
perkembangan wawasan pengetahuan siswa.
Faktor-faktor
belajar instalasi LAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Instalasi adalah ..................................., dan Local Area Network
adalah ........................................................................,
sehingga instalasi LAN adalah
................................................................................
Sebagai mata pelajaran yang berkaitan
dengan dunia teknik, yang menuntut siswa untuk berpikir secara sistematis dan
terampil dalam melakukan praktik, maka mata pelajaran ini juga memiliki ciri
sebagaimana mata pelajaran teknik lainnya.
Dalam mempelajari instalasi LAN
diperlukan pemahaman dan kemampuan untuk menganalisa kerja berbagai perangkat
keras jaringan, mulai dari perangkat CPU, LAN card, kabel jaringan, konektor
kabel, hub, router. Dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan instalasi
LAN harus diperhatikan koneksi dari semua perangkat keras yang ada dan logika
trouble shooting, yaitu pengecekan konektivitas dari perangkat keras mulai dari
proses awal jaringan bekerja hingga ke akhir proses jaringan bekerja. Tanpa
memahami logika trouble shooting ini maka kita tidak dapat menyelesaikan
masalah instalasi LAN.
Demi kelancaran proses belajar mengajar
maka materi ini diatur dari yang mudah kemudian secara bertahap menuju kepada
yang sulit atau kompleks. Dengan pemberian materi yang bertingkat ini dapat
diharapkan suasana belajar yang baik dapat terealisasi.
Instalasi LAN sebagai mata pelajaran
teknik yang banyak mempergunakan praktik lapangan dalam menyelesaikan masalah
instalasi LAN tentu berbeda dengan mata pelajaran yang menitikberatkan pada
hafalan. Perbedaan ini menyebabkan terjadi pula perbedaan terhadap
faktor-faktor belajar antara satu dengan yang lain, sehingga berpengaruh pada
stimulus, respon, dan feedback yang diberikan kepada siswa dalam mata pelajaran
Instalasi LAN. Keadaan ini dapat dikatakan sebagai faktor-faktor belajar
Instalasi LAN. Apabila terjadi perubahan pada ketiga faktor belajar ini maka
akan menyebabkan terjadi perubahan pada suasana belajar mengajar pada mata
pelajaran Instalasi LAN
Faktor-faktor
belajar konfigurasi LAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
konfigurasi adalah..................................., sehingga konfigurasi LAN
adalah............................................................................
- Transfer belajar
Dengan melihat kedua faktor-faktor
belajar diatas yaitu faktor-faktor belajar instalasi LAN serta konfigurasi LAN
tersirat adanya prinsip transfer, yaitu pemindahan. Dalam menjelaskan
pengertian transfer dalam proses belajar mengajar timbul berbagai definisi,
antara lain :
a) Dalam buku J. Mursell dan S.
Nasution yaitu :
Transfer belajar
terdapat bila sesuatu yang dipelajari dalam suatu bidang dapat digunakan di
dalam bidang lain. Kalau kita belajar, kita senantiasa mengharapkan kemungkinan
transfer. Anak-anak yang belajar berhitung di sekolah diharapkan dapat menggunakan
kepandaiannya itu dalam situasi hidup sehari-hari.[5] Menurut suatu teori,
transfer tergantung pada identical elements, unsur-unsur yang sama, misalnya
antara latin dan bahasa perancis, aljabar dan ilmu alam dan sebagainya.[6]
Berdasarkan pengertian transfer belajar
dari Mursell dan Nasution ini terlihat hal ini pun berlaku pada mata pelajaran
Instalasi LAN dengan Konfigurasi LAN. Adanya unsur-unsur yang sama antara
keduanya akan mempermudah menyelesaikan masalah konfigurasi LAN dengan bantuan
Instalasi LAN.
b) Dalam buku Soegarda Poerbakawatja
yaitu :
Transfer belajar
merupakan latihan suatu kecakapan pada suatu bidang tertentu yang dapat
mengakibatkan latihan itu hasilnya berlaku juga di lapangan lain, yaitu dimana
kecakapan itu tidak dilatih. Misalnya menambah kecakapan berhitung akan
mengakibatkan penambahan kecakapan ilmu pasti. Melatih di bidang ilmu pasti
akan memungkinkan orang berpikir lebih baik di bidang-bidang lain seperti
sastra, politik dan ekonomi.[7]
Berdasarkan pengertian transfer belajar
dari Poerbakawatja ini, terlihat hal yang sama berlaku pula pada mata pelajaran
Instalasi LAN dengan Konfigurasi LAN. Bagi siswa yang telah mempelajari konfigurasi LAN maka ia dapat menyelesaikan
masalah yang terkait dengan instalasi LAN.
c) Dalam buku I.L. Pasaribu
dan B. Simanjuntak
Transfer
dapat diartikan pemindahan hasil belajar. Pemindahan belajar terjadi apabila
pelajaran yang kita peroleh dalam satu lapangan kegiatan menyebabkan kita lebih
maju dalam mempelajari lapangan kegiatan yang lain.[8] Berdasarkan
teori transfer bahwa transfer terjadi, karena :
1. Ada unsur komponen
yang identik.
Belajar
ilmu hewan lebih dulu, kemudian ilmu tumbuh-tumbuhan
2. Transposisi
Ini
berdasar pada Gestalt Theories. Transposisi terjadi pemindahan struktur dari
mata pelajaran satu kepada pelajaran yang lain. Bila mempelajari lagu dalam
nada tertentu, maka lagu itu bisa dimainkan pada nada lain.
3. Prinsip sama
Ini
berdasar pada pendapat Woodworth, Thorndike, Guthric. Prinsip terbang-layang
untuk kapal terbang.[9]
Pengertian transfer belajar
diatas lebih memperjelas arti daripada transfer itu disertai syarat-syarat
memungkinkan terjadinya transfer belajar.
Dari ketiga penjelasan
tentang transfer belajar diatas dapat diambil intisarinya, yaitu pada dasarnya
transfer belajar merupakan pemindahan cara belajar dan hasil belajar antara
mata pelajaran yang mempunyai unsur komponen yang identik, transposisi dan
prinsip yang sama.
Untuk lebih memperjelas
syarat-syarat terjadinya transfer belajar antara mata pelajaran Instalasi LAN
dengan Konfigurasi LAN berdasarkan persyaratan yang dikemukakan dalam buku
Pasaribu dan Simanjuntak adalah sebagai berikut :
Adanya unsur komponen yang
identik
Dengan melihat materi dari
pelajaran Instalasi LAN dan Konfigurasi LAN ditemukan adanya unsur komponen
yang identik, yaitu mempelajari Local Area Network.
Transposisi
Dalam penyelesaian masalah
pada mata pelajaran Konfigurasi LAN, tetap menggunakan logika trouble shooting
yang meliputi perangkat lunak dan perangkat keras yang dipelajari pada mata
pelajaran Instalasi LAN.
Prinsip sama
Dengan memahami prinsip kerja
dari Instalasi LAN, maka dalam menghadapi permasalahan Konfigurasi LAN dapat
diselesaikan dengan kesalahan yang relatif kecil.
Dalam mempelajari konfigurasi
LAN diperlukan bantuan dari hasil belajar yang telah didapat dari Instalasi LAN
untuk mempermudah dalam menerima materi Konfigurasi LAN. Oleh sebab itu dibutuhkan
transfer belajar yang berupa pemindahan cara belajar dan hasil belajar
Instalasi LAN sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan.
Penelitian
mengenai pencarian hubungan atau korelasi terhadap dua buah hal atau sering
disebut sebagai variabel, sudah banyak dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
sebuah hubungan timbal balik diantara dua variabel yang diduga memiliki
hubungan saling keterkaitan. Korelasi sendiri berarti hubungan timbal balik.
Hubungan timbal balik ini kerapkali menjadi pusat perhatian para ahli – ahli
penyidik, misalnya hubungan antara permintaan dan penawaran, hubungan antara
keadaan lingkungan dengan sifat pribadi, hubungan antara kemelaratan dan
kejahatan, dan sebagainya (Hadi, 1995, hal. 271).
Tujuan
dari suatu penyelidikan korelasi adalah untuk menetapkan atau mengungkapkan
suatu hubungan dalam membuat prediksi atau prakiraan. Meskipun dari kenyataan
ada hubungan yang erat antara dua variabel, seseorang tidak dapat menyimpulkan
bahwa variabel yang satu adalah penyebab dari variabel yang lain. Hal ini
disebabkan mungkin ada faktor ketiga yang mempengaruhi variabel pertama, atau
variabel kedua, atau mungkin mempengaruhi kedua – duanya. Dengan mengabaikan
ada atau tidaknya suatu hubungan sebab akibat, adanya hubungan yang erat
memungkinkan kita untuk membuat prakiraan berdasarkan pendapat Sumanto (1990,
hal. 7).
Menurut
Hadi (1995, hal. 271) suatu hubungan atau korelasi sendiri memiliki dua buah
arah yang berlainan, yakni korelasi positif dan korelasi negatif. Pada hubungan
atau korelasi positif, peningkatan nilai dari variabel pertama juga disamai
dengan adanya peningkatan nilai oleh variabel kedua. Sehingga keduanya akan
mengalami peningkatan kearah yang sama. Sedangkan pada hubungan atau korelasi
negatif, penurunan nilai dari variabel pertama juga akan disamai dengan adanya
penurunan nilai dari variabel kedua, sehingga keduanya mengalami penurunan ke
arah yang sama.
Pada
kehidupan sehari – hari, sebuah kegiatan pemelajaran tak lepas dari hubungan
atau korelasi yang terjadi diantara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
yang lainnya atau diantara kompetensi satu dengan kompetensi yang lainnya,
sehingga dapat dikatakan bahwa akan tercipta suatu hubungan yang erat yang
saling mempengaruhi antara mata pelajaran. Menurut Dali (1978, hal. 16), jika
sekiranya mata pelajaran yang menjadi dasar itu telah dikuasai secara mendalam.,
hal itu akan membuat seseorang mudah mengikuti pelajaran lanjutan serta dapat
belajar sendiri.
Dengan
adanya sebuah hubungan atau korelasi diantara mata pelajaran atau kompetensi
satu dengan yang lainnya, maka tidak menutup kemungkinan bahwa sebuah hasil
belajar sebelumnya akan dapat mempengaruhi hasil belajar dari kompetensi lanjutannya.
Hal ini menjadi alasan dasar mengenai penelitian korelasi antara hasil belajar
pada mata pelajaran sebelumnya dengan hasil belajar pada mata pelajaran
lanjutannya.
Kerangka Berpikir
Sebuah
usaha atau hasil kerja tidak dapat terlepas dari adanya kemampuan dasar yang
dimiliki seseorang. Baik hasil kerja tersebut merupakan hasil yang baik dan
maksimal atau hasil kerja yang buruk dan tidak maksimal, hal tersebut merupakan
buah karya dari kemampuan dan pengalaman dasar yang sebelumnya dimiliki.
Beranjak
dari penjelasan sebelumnya, maka dapat diambil sebuah generalisasi bahwa
kemampuan penguasaan dasar dari sebuah pengetahuan dan latihan akan dapat
mempengaruhi hasil yang akan diperoleh dari bidang keahlian yang berdasar kepada
kemampuan sebelumnya.
Hasil
belajar dalam dunia pendidikan juga tidak terlepas dari kemampuan pengetahuan
dasar dan latihan yang dimiliki seorang murid pada dirinya. Seorang murid yang
sedang menekuni bidang keahlian akan dapat memperoleh hasil belajar yang baik
dan maksimal sesuai dengan kemampuannya.
Dengan
adanya hubungan antara kemampuan dasar seorang murid dengan hasil belajarnya,
maka sebuah penelitian mengenai hubungan atau korelasi antara hasil belajar
mata pelajaran, pun dapat dilakukan. Hal tersebut dilakukan untuk membuktikan
dan mengetahui kebenaran dari teori – teori yang telah ada sebelumnya.
Dalam
deskripsi pemelajaran Kurikulum KTSP, tercantum hal – hal yang harus terlebih
dahulu dipenuhi oleh penyedia jasa pendidikan, salah satunya adalah unit
kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya oleh seorang murid. Hal ini juga
dapat dijadikan dasar adanya penelitian untuk mencari hubungan atau korelasi
unit kompetensi dasar yang harus dikuasai dengan hasil belajar dari kompetensi
yang akan dipelajari.
Pada
deskripsi pemelajaran kompetensi mata pelajaran Konfigurasi Local Area Network
(LAN), terdapat 1 buah unit kompetensi yang terlebih dahulu harus dikuasai
murid, yakni mata pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN). Beranjak dari
hal inilah yang menunjukkan adanya hubungan yang terjadi antara unit kompetensi
pendukung dengan unit kompetensi yang akan dipelajari.
Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan
permasalahan, kerangka teori, dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan,
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Terdapat korelasi antara
hasil belajar mata pelajaran Instalasi Local Area Network (LAN) dengan hasil
belajar pada mata pelajaran Konfigurasi Local Area Network (LAN) pada jurusan Teknik
Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Kota Bekasi.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1. Metode
Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode korelasi. Menurut Sumanto
(1990, hal. 63), penelitian korelasi berkaitan dengan pengumpulan data untuk
menentukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan
seberapakah tingkat hubungannya. Di sini, tingkat hubungan dinyatakan sebagai
suatu koefisien korelasi.
3.2. Responden dan
Waktu Penelitian
Sebagai
responden dalam penelitian ini adalah murid tingkat II kelas Teknik Komputer
dan Jaringan Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan SMKN 1 Kota Bekasi Tahun Ajaran
2008/2009.
3.3. Desain dan
Prosedur Penelitian
Penelitian
ini menggunakan desain dasar pengambilan sebuah nilai dari dua buah variabel
sampel yang akan diteliti hubungan atau korelasinya.
Adapun
prosedur yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)
Penelitian
dimulai dengan pengambilan data berupa nilai dari masing – masing variabel yang
akan diteliti hubungan atau korelasinya dari masing – masing guru mata pelajaran
yang bersangkutan
2)
Data
nilai yang pertama berasal dari nilai kompetensi Instalasi Local Area Network
(LAN) dan data nilai yang kedua dari nilai kompetensi Konfigurasi Local Area
Network (LAN)
3)
Setelah
data berupa nilai dari kedua variabel diperoleh, maka selanjutnya adalah proses
analisis data dengan menggunakan perhitungan statistik.
3.4. Variabel
Penelitian
Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diuji korelasinya, yakni
variabel bebas sebagai variabel X yang diwakili oleh nilai kompetensi dasar,
dalam hal ini adalah nilai kompetensi dari mata pelajaran Instalasi Local Area
Network (LAN), dan variabel terikat sebagai variabel Y yang diwakili oleh nilai
kompetensi Instalasi Local Area Network (LAN).
3.5. Populasi dan
Sampel Penelitian
Populasi
dari penelitian ini adalah murid tingkat II jurusan Teknik Komputer dan
Jaringan SMKN 1 Kota Bekasi Tahun Ajaran 2008/2009. Teknik pengambilan sampel
cluster, yakni dengan mengambil dua kelas dengan total populasi 60 orang.
Pemilihan
sampel cluster adalah pemilihan sampel yang dipilih secara acak bukan
individual, tetapi kelompok – kelompok. Semua anggota (kelompok) mempunyai
karakteristik yang sama (Sumanto, 1990, hal. 27).
3.6. Teknik Analisa
Data
Teknik
analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah perhitungan berdasarkan
statistik deskriptif dengan metode korelasi produk momen Pearson pada taraf
signifikansi α = 0,05. Korelasi tersebut dinyatakan oleh koefisien korelasi
dengan notasi r.
Adapun
rumus korelasi produk momen Pearson adalah :
Dimana :
r
= koefisien korelasi Pearson
X = variabel bebas
Y = variabel terikat
DAFTAR
PUSTAKA
Hadi, Sutrisno. 1995. Metodologi Research jilid 3. Andi
Offset. Yogyakarta
Hasan, M. Iqbal.
2002. Pokok – pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Ghalia Indonesia. Jakarta.
Sumanto, 1990. Metodologi
Penelitian Sosial dan Pendidikan. Andi Offset. Yogyakarta.
Tidak ada komentar: