Contoh Makalah Matematika, Cara Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Bilangan Bulat - skripsi man (dulrohman webs)

Senin, 30 Agustus 2021

Contoh Makalah Matematika, Cara Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Bilangan Bulat

 

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA

TERHADAP KONSEP BILANGAN BULAT

(Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VII-E SMP 2 Banjaran Kab. Bandung)

Oleh:

Siti Ummu Kultsum



 

ABSTRAK

 

Penelitian ini bertitik tolak dari munculnya permasalahan yang dialami langsung oleh penulis pada saat pembelajaran, yaitu rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep bilangan bulat. Hal ini berakibat fatal terhadap pemahaman konsep dalam matematika, karena konsep bilangan bulat merupakan konsep dasar yang  mutlak harus dikuasai oleh siapapun yang mempelajari matematika.

Pendekatan yang dipilih oleh penulis adalah pendekatan matematika realistik, yang bertitik tolak dari hal-hal yang nyata serta menekankan pada keterampilan proses of doing mathematics. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, yang berusaha mengkaji dan merefleksi suatu model pembelajaran dengan tujuan meningkatkan kualitas (baik proses maupun produk) suatu pembelajaran. Penelitian ini terdiri atas tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, analisis, dan refleksi. Adapun instrumen yang digunakan adalah instrumen pembelajaran (RPP dan LKS) dan instrumen pengumpul data yang terdiri dari instrumen tes (tes formatif dan tes sub sumatif) dan instrumen non tes(lembar observasi, jurnal siswa, angket dan wawancara). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa kelas VII E SMP 2 Banjaran setelah mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik, dan respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan realistik.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pemahaman dan respon positif siswa kelas VII E. hal ini dapat dilihat dari hasil tes formatif yang menunjukkan peningkatan yang signifikan antar siklus. Siswa juga memberikan respon positif terhadap pembelajaran ini. Hal ini terlihat dari sikap mereka yang antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik. Siswa yang semula kurang perhatian, lambat laun berubah menjadi konsentrasi, karena mereka merasa senang terhadap pendekatan matematika realistik ini. Dalam bekerja kelompok siswa juga tampak antusias berdiskusi dengan temannya. Hal ini mengindikasikan adamya respon positif dari siswa terhadap pendekatan matematika realistik.


A.    Pendahuluan

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai dengan perguruan tinggi (minimal sebagai mata kuliah umum). Sampai saat ini matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu masuk dalam daftar mata pelajaran yang diujikan secara nasional, mulai dari tingkat SD sampai dengan SMA. Bagi siswa selain untuk menunjang dan mengembangkan ilmu-ilmu lainnya, matematika juga diperlukan untuk bekal terjun dan bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat.

Alasan pentingnya matematika untuk dipelajari karena begitu banyak kegunaannya. Di bawah ini akan diuraikan beberapa kegunaan matematika sederhana yang praktis menurut Russeffendi (2006:208), yaitu:

1.        Dengan belajar matematika kita mampu berhitung dan mampu melakukan perhitungan-perhitungan lainnya.

2.        Matematika merupakan persyaratan untuk beberapa mata pelajaran lainnya.

3.        Dengan belajar matematika perhitungan menjadi  lebih sederhana dan praktis.

4.        Dengan belajar matematika diharapkan kita mampu menjadi manusia yang berpikir logis, kritis, tekun, bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan persoalan.

Uraian di atas menunjukkan bahwa matematika itu sangat penting, tetapi banyak yang beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit untuk diajarkan dan dipelajari. Hal ini selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Cockroft (dalam Wahyudin, 2001:2) bahwa "Mathematics is a difficult subject both to teach and to learn." Salah satu materi yang sulit untuk dipahami siswa kelas VII SMP adalah Bilangan Bulat, padahal konsep bilangan bulat ini, merupakan konsep yang mutlak harus dikuasai oleh siapapun yang mempelajari matematika. Salah satu penyebab sulitnya siswa kelas VII SMP mempelajari bilangan bulat adalah karena konsep bilangan yang bersifat abstrak.

            Menurut Russeffendi (2006: 148), dilihat dari segi umur, sebagian siswa SMP di negara kita belum masuk ke dalam tahap operasi formal. Karena itu tahap operasi formal ini lebih aman digunakan bagi anak kelas III SMP ke atas. Diilhami oleh pendapat Ruseffendi di atas akhirnya penulis memutuskan untuk menerapkan pendekatan matematika realistik pada penelitian ini.

 

A.    Studi Literatur

1.      Pendekatan Matematika realistik

Menurut Suherman (2001:7), pendekatan (approach) pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa.

Salah satu pendekatan yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari dan menerapkan matematika dalam pengalaman sehari-hari adalah pendekatan matematika realistik. Pendekatan ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika sebaiknya berangkat dari aktifitas manusia karena  Mathematics is a human activity (Suherman,2001:128).

Dalam pendekatan matematika realistik dikenal dua jenis matematisasi yang diformulasikan oleh Treffers (dalam Zainurie, 2007:3) yaitu matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal. Contoh matematisasi horizontal adalah: pengidentifikasian, perumusan, pemvisualisasian masalah dalam cara-cara yang berbeda dan pentransformasian masalah dalam dunia real ke dalam masalah matematik. Matematika dalam tingkat ini disebut matematika informal. Adapun contoh matematisasi vertikal adalah: representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model matematika, penggunaan model-model yang berbeda dan penggeneralisaian.

Menurut Zulkardi (dalam Kania, 2006:19), pedekatan matematika realistik memiliki lima karakteristik, yaitu:

1. The use of context (penggunaan konteks),

2. The use of models(penggunaan model),

3. The use of students own production and construction ( penggunaan kontribusi dari   siswa sendiri),

 4. the interactive character of teaching process (interaktifitas dalam proses pengajaran, dan

5. the interviewments of various learning strands (terintegrasi dengan berbagai topik pengajaran lainnya.

Kelima karakteristik pembelajaran menurut filosofi realistik inilah yang menjiwai setiap aktivitas pembelajaran matematika. Meskipun kelima karakteristik tersebut menjadi acuan dalam pengembangan pembelajaran matematika, namun dalam desain pembelajaran kadang-kadang tidak semua prinsip itu dimunculkan.

   

2. Pemahaman

Pemahaman merupakan terjemahan dari comprehension. Purwadinata (dalam Emiliani, 2000:7) menyatakan bahwa paham artinya "mengerti benar", sehingga pemahaman konsep artinya mengerti benar tentang konsep.

Menurut Driver (dalam Suzana, 2003:22) pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan. Dari pengertian ini ada tiga aspek pemahaman, yaitu:

a.  Kemampuan mengenal

b.              Kemampuan menjelaskan

c.       Kemampuan menginterpretasi atau menarik kesimpulan

Menurut Machener (dalam Sumarmo, 1987:24), untuk memahami suatu objek secara mendalam, seseorang harus mengetahui:

a.   Objek itu sendiri.

b.  Relasinya dengan objek lain yang sejenis.

c.   Relasinya dengan objek lain yang tidak sejenis.

d.  Relasi dual dengan objek lain yang sejenis.

e.   Relasi dengan objek dalam teori lainnya.

 

Menurut Sumarmo (1987:24) ada 3 macam pemahaman, yaitu:

a.         pengubahan (translation),

b.        pemberian arti (interpretation),

c.         pembuatan ekstrapolasi (extrapolation).

Pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut  NCTM (dalam Munggaranti, 2007:25) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam :

a.    Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan.

b.    Membuat contoh dan non contoh penyangkal.

c.    Mempresentasikan suatu konsep dengan model, diagram, dan simbol.

d.   Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk yang lain.

e.    Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.

f.       Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat-syarat yang

     menentukan suatu konsep.

g.    Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

 

3. Penelitian  yang Relevan

                Pendekatan matematika realistik sudah banyak diteliti sebelumnya, antara lain oleh: Turmudi dkk (2000), Sundari (2004), Haji (2005),  Suharyati (2006),  Kania (2006), dan Huri (2006).  Aspek yang diteliti oleh keenam peneliti di atas adalah: minat siswa terhadap matematika, kemampuan komunikasi matematika, hasil belajar matematika, prestasi belajar matematika, kemampuan penalaran dan komunikasi, dan kemampuan berpikir kreatif matematika. Berdasarkan hasil penelitiannya, keenam peneliti tersebut menyimpulkan bahwa pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan dan minat siswa. Menurut Burril penelitian lainnya yang dilakukan di Puerto Rico mencatat bahwa siswa yang mengikuti program realistik berada pada presentil ke 90 ke atas, hanya dua orang saja yang menduduki presentil ke 82 dan presentil ke 84 (Turmudi, 2001:3).

 

B.       Diskusi Penelitian

1.      Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, yang berusaha mengkaji dan merefleksi suatu model pembelajaran dengan tujuan meningkatkan kualitas (baik proses maupun produk) suatu pembelajaran.

Menurut Lewin (dalam Sukmadinata, 2007:142), penelitian tindakan merupakan suatu proses yang memberikan kepercayaan pada pengembangan kekuatan berpikir reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan oleh orang-orang biasa, berpartisipasi dalam penelitian kolektif dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam kegiatannya.

Menurut Hopkins (dalam Wiriatmaja, 2005:11) penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.

Borg (dalam Rohayati, 2003:12) menyebutkan bahwa tujuan utama PTK adalah mengembangkan keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulang berbagai permasalahan pembelajaran aktual yang terjadi di kelasnya, dan atau di sekolahnya, dengan atau atau tanpa program pelatihan yang khusus.

Penelitian ini terdiri atas tiga siklus. Tiap siklus meliputi 5 tahap, yaitu:  identifikasi    permasalahan,    perencanaan    atau   persiapan    tindakan, pelaksanaan tindakan serta analisis dan refleksi.

 

4.      Hasil Penelitian dan Pembahasan

a.      Tingkat Pemahaman

            Gambaran tentang kriteria pemahaman siswa pada penelitian ini dapat dilihat dari hasil tes formatif  I - III yang terangkum pada Tabel  C.1 berikut.

Tabel C.1

Rekapitulasi Tingkat Pemahaman Siswa

No

Kriteria

Persentase (%)

Tes Formatif I

Tes Formatif II

Tes Formatif III

1

Sangat baik

85.00

32.50

37.50

2

Baik

10.00

27.50

37.50

3

Cukup

5.00

22.50

20.00

4

Kurang

0.00

7.50

0.00

5

Buruk

0.00

10.00

5.00

           

              Berdasarkan Tabel  di atas terlihat bahwa siswa yang masuk kualifikasi tingkat pemahaman sangat baik meningkat dalam setiap siklusnya kecuali pada Siklus II. Ada beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan pemahaman pada siklus II, diantaranya: materi pengurangan yang relatif lebih sulit dibandingkan materi (penjumlahan) pada Siklus I. Begitu juga dengan kualifikasi pemahaman baik, menunjukkan peningkatan pada setiap siklusnya. Berbeda dengan tingkat pemahaman cukup yang mengalami penurunan pada Siklus III. Kualifikasi pemahaman kurang dan buruk mengalami kenaikan pada siklus II tetapi turun kembali pada siklus III. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pemahaman siswa pembelajaran bilangan bulat dengan pendekatan matematika realistik, rata-rata mengalami peningkatan pada setiap siklusnya.

 

b.      Respon Siswa

              Respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik ini dapat dilihat dari hasil jurnal, angket, dan wawancara. Hasil jurnal siswa pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel C.2

Persentase Hasil Jurnal Harian Tiap Siklus

Kategori komentar

Jumlah tiap siklus

Persentase  tiap siklus

I

II

III

I

II

III

Positif

43

36

38

97,73%

76,60%

84,44%

Negatif

0

9

6

0,00%

19,15%

13,33%

Biasa-biasa

1

2

1

2,27%

4,26%

2,22%

 

              Dari tabel di atas nampak bahwa pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran pada setiap siklus.

              Senada dengan hasil jurnal, hasil angket dan wawancarapun menunjukkan bahwa pada umumnya siswa merasa senang belajar dengan pendekatan realistik. Menurut mereka pembelajaran seperti ini lebih mudah dipahami, praktis dan menyenangkan, karena mereka dapat berdiskusi dengan teman sebaya mereka juga berpendapat bahwa pembelajaran ini meningkatkan minat mereka terhadap matematika.

 

C.    Kesimpulan dan Saran

1.      Kesimpulan

a.    Setelah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik, pemahaman siswa kelas VII-E SMP 2 Banjaran menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. Hal ini ditandai dengan cara mereka menjawab soal, baik dengan menggunakan alat bantu ataupun tanpa alat bantu. Siswa yang tadinya belum dapat melakukan operasi pada bilangan bulat karena belum memahami konsep bilangan bulat, sekarang menjadi terampil melakukannya. Penggunaan model sebagai representasi untuk menyelesaikan masalah, menjembatani kesulitan siswa untuk memahami konsep bilangan bulat.

b.    Pada umumnya siswa memberikan  respon positif terhadap pembelajaran bilangan bulat dengan pendekatan matematika realistik. Hal ini terungkap dari aktifitas siswa selama pembelajaran denagn menggunakan pendekatan matematika realistik. Siswa yang semula kurang perhatian pada saat belajar, lambat laun menjadi lebih konsentrasi. Ketika berdiskusi dalam kelompok, mereka tampak antusias mencoba mengerjakan LKS dengan menggunakan model yang baru mereka kenal. Siswa juga merasa senang bekerja dalam kelompok, karena mereka dapat menyakan hal-hal yang kurang dipahami kepada teman sebayanya tanpa rasa malu atau takut.  Pada umumnya siswa berpendapat bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik ini lebih menyenangkan, mudah dipahami. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran. Walaupun konteks yang digunakan tidak murni dari masalah sehari-hari yang sering dialami oleh siswa, namun mereka dapat membayangkan (mengimajinasikan) masalah yang dikemukakan.


2.    Saran-Saran

            Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

a.    Penerapan pendekatan matematika realistik dapat digunakan sebagai alternatif yang perlu dicobakan oleh guru untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap bilangan bulat.

b.    Dalam pelaksanaannya, penerapan pendekatan matematika realistik pada pembelajaran bilangan bulat ini memerlukan waktu yang cukup lama agar mendapatkan hasil yang optimal. Untuk itu bagi guru yang akan menggunakan pendekatan matematika realistik ini disarankan untuk merencanakan alokasi waktu dengan cermat dan melaksanaknnya secara disiplin. Jika dipandang perlu dapat diadakan sistem kontrol, sehingga pelaksanaan di lapangan membuahkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

__________________________________________________________________

Daftar Pustaka

Emiliani, Sri. (2000).         Peningkatan   Pemahaman dan   Aplikasi   Tentang

Konsep Keanekaragaman Hayati Melalui Lembar Kerja Rumah (LKR) di Madarasah Aliyah, Tesis, PPS Bandung UPI: Tidak di terbitkan.

Kania, Fitri. (2006).   Pembelajaran    Matematika dengan       Pendidikan

Realistic Mathematic Education (RME) Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunkasi Matematika Siswa SD Kelas II SDN Sukajadi IX Bandung. Skripsi PGSD.Bandung: UPI.

Munggaranti, Asri, Niene. (2007).     Penerapan     Model   Pembelajaran

Berprogama Tipe Bercabang dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemamapuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMK. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika. FPMIPA. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rohayati, Yati. ( 2003). Pembelajaran  Matematika  dengan   Pendekatan

Metakognitif Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Siswa SMU. Skripsi Sarjana FP MIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Russeffendi, E.T. (2006 ).    Pengantar Kepada Guru    Mengembangkan

kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Suherman, et al. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: JICA

Sumarmo, Utari. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran

Matematika Siswa ( SMA) dan Beberapa Unsur. Disertasi Doktor FPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan

Suzana, Yenny. (2003).   Mengikatkan   Kemampuan   Pemahaman   dan

Penalaran Matematik Siswa Sekolah Menengah Umum ( SMU) Melalui Pembelajaran denganPendekatan Metakognif. Tesis. PPS. UPI Bandung.

Turmudi dan Permana, Yanto. (2001). Implementasi Awal Pembelajaran

Matematika dengan Pendekatan Realistik di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Bandung. Laporan Penelitian Seminar pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Mateamtika. UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Wahyudin. (2001).   Belajar    Tuntas dalam  Pembelajaran Matematika    

Perlu Dipertanyakan. Makalah Seminar Pendidikan Matematika. UPI  Bandung.

Wiriatmaja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:

PT.

Zainurie. (2007). Pembelajaran Matematika Realistik. [Online] Tersedia:

Http: // WWW.duniaguru.Com.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Berita Viral Terkini