Book Report
REINVENTING THE UNIVERSITY
MANAGING AND FINANCING INSTITUTIONS
OF HIGHER EDUCATION
(johnson, L.Sandra, Sean C. Rush, Coopers & Lybrand L.L.P)
Tugas Mata Kuliah : Pembiayaan Pendidikan
Dosen Pembina : Prof. Dr. H. Akdon, M.Pd.
Disusun Oleh :
Nama : Drs. Budi Utomo, M.Pd
NIM : 0909995
Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung, Desember 2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt, shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw. Buku Reinventing the Universitiy Managing and Financing Institutions of Higher Education merupakan buku yangmembahas tentang pengelolaan dana/pembiayaan pendidikan. Buku ini memberikan paradigma baru agar kampus menuju lembaga yang mandiri; terpercaya dan berkualitas.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Akdon, N.Pd dan Dr. Taufani Chusnul Kurniatun, M.Si sebagai dosen pembina mata kuliah Pembiayaan Pendidikan yang telah membimbing untuk mendalami buku ini. semoga amal yang telah dilakukan menjadi amal sholeh yang bermanfaat di dunia dan akhirat.
Bandung, Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................ i
Daftar Isi .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Munculnya Gagasan Buku ........................... 4
B. Sistematika Pembahasan Buku ................................................ 5
C. Garis Besar Isi Buku .................................................................... 6
D. Isu-isu Menarik dalam Buku....................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 14
B. Rekomendasi ............................................................................... 14
Daftar Pustaka .......................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era Globalisasi menghasilkan perubahan radikal disegala sektor kehidupan. Pendidikan sebagai sarana pembinaan sumber daya manusia tak luput dari pengaruh derasnya perubahan akibat laju perkembangan globalisasi. Perubahan Radikal dipicu dengan perkembangan teknologi Informasi yang telah menjarah seluruh pelosok dunia.
Perbaikan penyelenggaraan pendidikandari PAUD sampai sampai Perguruan tinggi merupakan keniscayaan untuk dilakukan. Dalam hukum perubahan dikenal “ Nothing Is Permanent But Change”. Oleh karena itu para penyelenggara dan pengelola lembaga pendidikan harus peka dan respek terhadap perubahan disemua sektor kehidupan. Tak dapat dipungkiri sektor pendidikan akan dipengaruhi oleh sektor politik, ekonomi, sosial , keamanan, ideologi dan sektor lainnya.
Perguruan tinggi merupakan Lembaga Pendidikan yang berusaha mengkader para ahli dan ilmuwan tentunya perubahan dan perbaikan menjadi denyut kehidupan kampus. Perubahan yang terjadi dalam pengelolaan Perguruan tinggi berlangsung melalui prosesi yang bertahap secara evolusi bukan revolusi. Tuntutan masyarakat dari mahasiswa sebgai pembeayar iuran, masyarakat sebagai pembayar pajak, kepentingan pemerintah dan para donatur berpengaruh pada manajemen pengelolaan perguruan tinggi. Para customer dan stakeholder memiliki kepentingan terhadap kualitas output dan outcome Perguruan tinggi.
Tantangan yang berlapis-lapis terhadap perguruan tinggi terkait isu akuntabilitas, efisiensi, efiensi, out comes, akses dan good governance menuntut perbaikan penyelenggaraan manajemen Kampus. Denyut nadi manajemen yang dirasakan vital adalah pengelolaan keuangan. Darimana dana diperoleh, Bagaimana mengelolanya dan untuk apa dikeluarkan merupakan pertanyaan yang harus dijawab dengan jelas, tranparan dan terprogram. Pentingnya perbaikan manajemen pembiayaan pada perguruan tinggi agar kualitas pendidikan dapat ditngkatkan sesuai perkembangan kebutuhan mesyarakat di Era Globalisasi.
Dengan alasan diatas penulis berminat untuk mendalami seluk beluk pembiyaan di Perguruan tinggi. Buku “ Reinventing the University, Managing and Financing Institutions of Higher Education” dipandang tepat untuk dikaji. Dalam Book Report yang penulis sampaikan akan mengulas isi buku dan beberapa point yang menarik untuk dilihat dari berbagai sudut pandang Ilmuwan yang lain.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dapat dirumuskn beberapa masalah sebagai dasar pijak untuk pembahasan dalam Book Report ini, yaitu :
1. Mengapa muncul gagasan menulis buku “ Reinventing the University, Managing and Financing Institutions of Higher Education” ?
2. Bagaimana sistematis pembahasan buku “ Reinventing the University, Managing and Financing Institutions of Higher Education” ?
3. Bagaimana sistematika pembahasan “ Reinventing the University, Managing and Financing Institutions of Higher Education” ?
4. Topik apakah yang menarik dibahas dari buku tersebut dengan keadaan Perguruan tinggi di Indonesia ?
5. Bagaimana pandangan para pakar tersebut topik-topik menarik dalam buku tersebut ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Book Report dari buku “ Reinventing the University, Managing and Financing Institutions of Higher Education” adalah ;
1. Mengetahui latar belakang dasar penulisan buku “ Reinventing the University, Managing and Financing Institutions of Higher Education” .
2. Mengetahui sistematika dan isi secara garis besar dari buku “ Reinventing the University, Managing and Financing Institutions of Higher Education”.
3. Mengetahui pokok –pokok pikiran dari buku “ Reinventing the University, Managing and Financing Institutions of Higher Education”.
4. Membahas lebih mendalam tentang topik menarik yang terkait dengan kontek pendidikan tinggi di Indonesia.
5. Memahami beberapa pandangan para ahli mengenai topik tersebut sebagai pembanding terhadap topik yang diharapkan Perguruan tinggi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang munculnya gagasan buku “ Reinventing the University, Managing and Financing Institutions of Higher Education”.
Dalam beberapa dekade pendidikan tinggi harus menjawab beberapa tantangan yang menuntut perubahan pada pengelolaannya, diantara tantangannya yaitu ; pertumbuhan penduduk yang pesat, pemotongan anggaran operasional Perguruan tinggi dari pemerintahan terhadap penyelenggaran pendidikan, penurun prestasi Perguruan tinggi dan perkembangan opini publik tentang beberapa isu ; akuntabilitas, dan beberapa isu lain manajemen perguruan tinggi . Tantangan tersebut harus dijawab oleh para penyelenggara dan pengelola perguruan tinggi. Tantangan tersebut harus dijawab oleh para penyelenggara dan pengelola perguruan tinggi, mereka harus maupun mengelola pendanaan secara mandiri, melakukan transparasi, mengapresisasi kritik dan koreksi dari masyarakat, melakukan efisiensi dan efektivitas, bertindak sesuai visi dan kebutuhan masyarakat.
Berbagai tuntutan perubahan dan perbaikan penyelenggaraan perguruan tinggi membuat para pemikir, praktisi dan konsultan pendidikan di Amerika Serikat beruaha semaksimal mungkin untuk tantangan tersebut dengan memberikan konsep pemikiran perguruan tinggi terutama disektor pengelolaan dana pendidikan.
Buku “ Reinventing the University, Managing and Financing Institutions of Higher Education” merupakan kumpulan beberapa artikel yang ditulis oleh para konsultan keuangan pendidikan tinggi, direktur perguruan tinggi, praktisi dan para ahli dibidangnya. Kumpulan artikel kemudian diedit oleh Sandra L. Johnson, MBA, CPA dan Sean C. Rush, MS. MBA. Keduanya adalah para praktisi dan konsultan pendidikan pada Coopers and Lybrand L.L.P’s
Buku “ Reinventing the University, Managing and Financing Institutions of Higher Education” menawarkan perubahan yang fundamental dalam pengelolaan dana pendidikan, pencarian sumber dana baru, pengembangan masa depan perguruan tinggi dan bagaimana merebut kembali kepercayaan masyarakat terhadap perguruan tinggi. Buku ini akan menarik perhatian bagi pengembangan dan revitalisasi perguruan tinggi. Bahkan buku ini mengajak agar perguruan tinggi tidak hanya sebagai Lembaga Pengembangan kader SDM dan Ilmu pengetahuan tetapi juga menjadi perguruan tinggi yang berperan sebagai entrepreneur atau Lembaga Usaha.
Dengan konsep ini diharapkan perguruan tinggi mampu mandiri, efektif, efisien dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
B. Sistematika Pembahasan Buku
Buku “ Reinventing the University, Managing and Financing Institutions of Higher Education” dibagi menjadi enam bagian dan terdiri dari tujuh belas bab, adaun bagian-bagian tersebut :
1. Bagian I merupakan pendahuluan yang berisi satu bab yang berjudul pencarian landasan yang kokoh. Pembahasan didalamnya menyangkut tantangan bagi perbaikan perguruan tinggi setelah perang dunia ke-II. Di Amerika Serikat, beberapa isu menarik dalam bab I ini adalah :
a. Tantangan perguruan tinggi
b. Apa yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi
2. Bagian II membahas tantangan perubahan kelembagaan. Pada bagian II terdiri dari beberapa bab yaitu :
- Bab dua : pengelolaan transformasi dalam abad perubahan sosial
- Bab tiga : pengaturan dan pengelolaan perubahan.
- Bab empat : kepemimpinan transisi
- Bab lima : Peninjauan kembali struktur administrasi akademik
3. Bagian III : Pembiayan Usaha terdiri dari ;
- Bab enam : peluang pendapatan untuk Institusi publik
- Bab tujuh : strategi optimalisasi pendapatan Institusi merupakan ketergantungan Lembaga.
4. Bagian IV : Pengelolaan Modal Lembaga, terdiri dari ;
- Bab delapan : pengelolaan subsidi pada ekonomi global
- Bab sembilan : pengelolaan pinjaman pada perubahan pasar uang
- Bab sepuluh : pengembangan bukan pengendalian sumber daya manusia
- Bab sebelas : mempertahankan yang lama dan membangun untuk masa depan
- Bab duabelas : strategi organisasi dan teknologi tinggi diera Informasi.
5. Bagian V : trend Organisasi dan Teknologi untuk pendidikan tinggi di era Informasi, terdiri dari
- Bab tigabelas : Transfomormasi pendidikan di Inggris .
- Bab empatbelas : penilaian outcome oleh SPRE Initiative.
- Bab limabelas : pertanggung jawaban / akuntabilitas yang bear dalam laporan keuangan
- Bab enambelas : pertanyaan tentang pembebasan pajak
6. Bagian VI : Penutup, terdiri dari ;
- Bab tujuhbelas : membuat Visi untuk masa depan
C. Garis Besar Isi Buku
Perguruan tinggi di Amerika Serikat pada waktu perang dunia II memiliki beberapa tantangan yaitu : pertumbuhan penduduk yang pesat, pengurangan anggaran perguruan tinggi ditingkat federal dan pusat, berperannya pengawasan pemerintah, perguruan beberapa prestasi dibidang olahraga dan opini publik.
Tantangan yang berlapis-lapis terhadap perguruan tinggi berkaitan dengan isu tentang akuntabilitas, akses, affairdabilitas (kemampuan, efisiensi, outcomes, dan kualitas pendidikan) dan tantangan-tangan lain yang datang dari pihak luar perguruan tinggi. Akademisi, politikus, orang tua siswa, pelajar/ mahasiswa, pegawai, media massa, mereka semua bergabung untuk mengkritik dan memberikan komentar terhadap pendidikan.
Saat ini amerika memiliki 3.000 perguruan tinggi yang dihadapkan pada berbagai tantangan dan kritik keras dari masyarakat yang menuntut untuk dilakukannnya perubahan secara dramatis. Msyarakat Amerika mengkritik antara lain, dengan biaya yang tinggi yang dikeluarkan masyarakat, kemudian apa yang dilakukan perguruan tinggi dalam mengelola program dan kaitannnya serta keuntungan apa yang diperoleh untuk masa depan.
Perguruan tinggi menjadi sesuatu yang penting dalam Investasi masa depan. Robert M. Rosenzwerg, pakar pendidikan tinggi mengemukaan agar perguruan tinggi menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat dengan langkah sebagai berikut ;
1. Membuka akses seluas-luasnya bagi masyarakat yang akan melanjutkan
2. Memanfaatkan kepercayaan masyarakat untuk menghasilkan tenaga ahli dan menyelenggarakan pelatihan
3. Menyumbangkan iklim pengetahuan baru yang memberi keuntungan sosial
4. Menyelenggarakan pelatihan tenaga profesional lanjutan
5. Melayani masyarakat yang membutuhkan pengetahuan
6. Semua kegiatan dibakukan dengan biaya yang murah
Konsekuensi dari usaha menjawab tantangan masyarakat maka perguruan tinggi harus melakukan tiga hal :
1. Transparansi kepada masyarakat tentang keuntungan yang diperoleh perguruan tinggi
2. Apreasiasi kritik dan koreksi masyarakat
3. Melakukan tindakan dan keguiatan sesuai visi, misi dan kebutuhan masyarakat
Tantangan yang langsung ditujukan kepada perguruan tinggi di Amerika saat itu, tidak terlepas dari kondisi dan suasana lingkungan yang terjadi. Menghadapi kenyataan tersebut, Perguruan tinggi harus mampu mengantisipasi fenomena yang terjadi dilingkungan seperti:
a. Suasana ekonomi, demografi, kebijakan keuangan negara, perubahan dari penggunaan teknologi dan harapan para stakeholder
b. Realitas sosial, masyarakat meiliki nilai siapa kita, misi kita, dan mempertanyakan anggaran baiaya yang kita terima dan kita gunakan. Program kita cukup efektif, dan memberikan kontribusi terhadap perkembangan ekonomi masyarakat.
Dalam pengembangan selanjutnya perguruan tinggi menghadapi tantangan yang berat seperti defisit anggaran karena tingginya bea pendidikan dan pemangkasan penelitian. Hal ini berakibat turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perguruan tinggi. Terdapat beberapa isu yang dijadikan strategi untuk mengelola perubahan pendidikan tinggi, antara lain : penetapan sistem nilai dan penghargaan, orientasi layanan kepada masyarakat, penetapan harga dan biaya, pengelolaan subsidi, akuntabilitas publik terhadap outcome dan penggunaan dana masyarakat, penggunaan teknologi untuk meningkatkan produktivitas akademik.
Perguruan tinggi harus segera melakukan evaluasi diri. Dituntut untuk meiliki kemampuan melakukan perubahan didalam kelembagaaan. Presiden Ohio berkata :
“Sebaiknya perguruan tinggi dapat melakukan inisiatif dan proses evaluasi diri , tapi tidak terlalu dalam kasus. Kita dapat meralisasikan sebagai arsitek perubahan, secara agresif, merumuskan kualitas perguruan tinggi masa depan. Perguruan tinggi harus responsif terharap kebutuhan industri dan dunia usaha, meskipun tidak sama dengan apa yang terjadi di Inggris, tapi dapat juga dilakukan di Amerika.”
Dalam merencanakan strategi untuk mengelola perubahan pada pendidikan tingggi sekurang-kurangnya terdapat isu utama yang harus diperhatikan, antara lain :
a. Bagaimana kita akan menetapkan suatu sistem nilai dan penghargaan yang ditetapkan dengan tujuan yang utama.
b. Pengaruh-pengaruh dan mekanisme apa saja yang dipertimbangkan untuk melakukan perubahan-perubahan dan memeperbaiki orientasi layanan yang sesuai dengan harapan konsumen dan penggunaanya.
c. Bagaimana menetapkan harga dan biaya yang berhubungan dengan subsidi dan bagaimana cara memperolehnya?
d. Bagaimana seharusnya hubungan yang harus ditunjukan antara akuntabilitas publik dengan relokasi sumber-sumber pengukuran outcomes dengan pertimbangan-pertimbangan yang dipengaruhi oleh investasi negara dan swasta ?
e. Bagaimana kita menggunakan teknologi untuk memperbaiki produktivitas? Bagaimana pula kita merumuskan produktivitas dalam suatu rancangan akademik?
Salah satu langkah perubahan dilakukan perubahan organisasi pengelolaan yaitu penyerdehanaan organisasi, meningkatkan peranan dewan pengelola dan pengawas, meningkatkan peranan dewan pengelola dan pengawas, menekankan pada efektivitas, pengelolaan, pendelegasian tugas, mengembaangkan kepemimpianan transformasional. Beberapa point penting dalam melakukan perubahan :
1. Normalisasi perubahan
2. Memfokuskan pada eksternal
3. Pentingnya kepemimpinan
4. Mengelola ketegangan antara sistem sentralisasi dan desentralisasi
5. Pembagian tugas dengan fakultas
6. Penerapan teknologi
7. Pentingnya fungsi manajemen
8. Memfokuskan pada implementasi
9. Dinamika akuntabilitas
10. Kerjasama yang lebih solid
Untuk melakukan perubahan dalam pengelolaan perguruan tinggi maka dilakukan restrukturisasi administrasi yang didasarkan pada respon stakeholder, skala prioritas, proses yang sudah diprogram dan pengawasan dalam proses pegubahan dan regularisasi.
Restrukturisasi administrasi dilakukan berdasarkan ; analisa struktural / manajerial, analisa proses dan analisa teknologi dalam merancang kembali struktur admnistrasi akademik diterpakan pada efisiensi administrasi, perkembangan pemahaman administrasi, perkembangan bisnis dan rekayasa organisasi dengan gugus mutu atau Total Quality Manajemen (TQM).
Simsek dan Heyder mengidentifikasi suatu kerangka kerja untuk mengembangkan suatu kerangka kerja untuk mengembangkan pendekatan institutisional yang bertujuan untuk mengubah lingkungan secara cepat pada perguruan tinggi. Mereka menyatakan : tahap pertama, adalah suatu identifikasi kekuatan besar pengelolaan dengan suatu cara . tahap kedua, adalah mereka mengidentifikasi lima kunci lima kunci setrategis untuk membangun karakteristik yang muncul yaitu ;
a. Memfokuskan pada konsumen,
b. Mengkhususkan dan memperhatikan permintaan tentang kualitas,
c. Membangun kolaborasi
d. Menggunakan teknologi secara penuh,
e. Mengakui kekuatan inheren dari pengukuran akuntabilitas.
Berbeda dengan Cameron dan Ulrich yang memfokuskan komponen perubahan secara umum. Mereka mengidentifikasika lima langkah khusus untuk menerapkan kepemimpinan dalam perguruan tinggi dan universitas, yaitu ;
a. Membuat keadaan siap siaga
b. Mengatasi hambatan
c. Mengkomunikasikan suatu visi
d. Membangkitkan komitmen dan
e. Melembagakan Implementasi.
Dan pembahasan terdahulu seperti observasi yang dilakukan penulis, berikut ini merupakan poin-poin yang ditekankan kembali sebagai dimensi kunci untuk melakukan perubahan di perguruan tinggi dan universitas ;
a. Normalisasikan perubahan. Perubahan dan eksperimentasi membutuhkan suasana kampus yang normal dan bebas dan
b. suasana krisis.
c. Memfokuskan pada eksternal. Beberapa kekuatan eksternal mempengaruhi pergunian tinggi dan universitas. Untuk hal ini institusi harus mempertimbangkan faktor-faktor eksternal, misalnya dengan melibatkan anggota pengelola, konsultasi, kunjungan komite, membangun aliansi dan hubungan-hubungan lainnya.
d. Pentingnya kepemimpinan. Keberhasilan pemimpin akan sangat mendukung keberhasilan lembaga yang dikelola
e. Mengelola ketegangan antara sistem sentralisasi dan desentralisasi Institusi yang besar, sangat inheren membutuhkan untuk mengambil keputusan secara desentralisasi pada level lokal pada saat yang sama, untuk membangun institusi yang interaktif, sangat esensial dengan menetapkan insentif dan kolaborasi biaya untuk mencapai tujuan lembaga.
f. pembagian tugas dan fakultas. Perubahan riil kelembagaan tidak akan berarti tanpa kepemimpinan aktif dari setiap fakultas
g. Peranan teknologi. Di perguruan tinggi dan uiversitaS tidak akan berjalan dengan baik tanpa penerapan teknologi dalam kegiatan akademik dan administrasi.
h. Pentingnya fungsi manajemen Walaupun perguruan tinggi dan universitas tidak secara luas mempertimbangkan kecakapan manajerial, kemampuan untuk memperbaiki kekayaan (keuangan, manusia, fasilitas, dan sebagainya), namun kedudukan lembaga
i. secara ekstrim dibuat sebagai dasar yang fleksibel dalam melakukan perubahan.
j. Memfokuskan pada implementasi. Mengembangkan usaha yang terarah ditujukan untuk kebutuhan perubahan dalam menghadapi tantangan yang keraS setiap pergUruan tinggi dan universitas.
k. Dinamika akuntabilitas. Seperti tulisan pada pembahasan peran pengelola, kekuatan dan pertumbuhan bertumpu pada akuntabilitas pendidikan tinggi.
l. Tempaan kerjasama baru yang lebih keras. Sebagai perguruan tinggi dan universitas yang melawan perubahan Iingkungan yang tetap, sangat esensial jika memulai untuk memikirkan kembali lingkaran organisaSi yang dirumuskan dalam pelaksanaannya.
Adapun dimensi dan universitas adalah sebagai berikut ;
a. Normalisasian perubahan. Perubahan dan eksperimentasi membutuhkan suasana kampus yang normal dan bebas dari suasana krisis
b. Memfokuskan pada eksternal. Beberapa kekuatan eksternal memperngaruhi perguruan tinggi dan universitas. Untuk hal ini institusi harus melibatkan faktor-faktor eksternal, misalnya dengan melibatkan anggota-anggota pengelola, konsultasi, kunjungan komite, membangun aliansi dan hubungan-hubungan lainnya
c. Pentingnya kepemimpinan. Keberhasilan pemimpin sangat mendukung keberhasilan lembaga yang dikelola .
d. Mengelola ketegangan antara sistem sentralisasi dan desentralisasi. Institusi yang besar, sangat inheren membutuhkan untuk mengambil keputusan secara desentrlisasi pada level lokal. Pada saat yang sama, untuk membangun institusi yang interaktif, sangat esensial dengan menetapkan insentif dan kolaborasi biaya untuk mencapai tujuan lembaga.
Tahapan-tahapan berikut ini dapat dilakukan dalam melaksanakan restrukturisasi :
a. Menetapkan konteks dan mengembangkan tujuan dan prinsip-prinsip petunjuk,
b. Mengidentifikasikann dan memprioritaskan peluang yang berarti untuk perbaikan dan implementasi secara tepat.
c. Merencanakan dan memperkenalkan implementasi program
d. Memperoleh persetujuan pada model-model bisnis.
Dalam menyiapkan restrukturisasi, lembaga-lembaga dapat mengambil pelajaran berikut ini :
a. Mempertimbangkan secara jelas fokus, pengarahan, urutan logis dari program restrukturisasi.
b. Membangun suatu database analisis kusus untuk perubahan
c. Menjamin konsensus dan komitmen manajemen senior untuk melakukan perubahan
d. Menetapkan secara eksplisit, perbaikan pelayanan dan tujuan pengurangan biaya dan secara jelas merumuskan istilah-istilah untuk menunjukkan proses.
e. Menggunakan pembuktian (terjamin) dan kredibel, serta pengelolaan yang didasarkan pada metodologi dan restrukturisasi (kebijakan), struktur, proses teknologi dan irang untuk merealisasikan keuntungan yang diharapkan.
f. Mengakui bahwa budaya dan perubahan organisasi merupakan komponen yang integral dari keberhasilan restrukturisasi dan harus diberikan perhatian secara signifikan.
g. Mencari bagian luar dari akademi yang dianggap memiliki nilai keparaktisan dan pendekatan inovatif untuk melakukan dan mengelola organisasi yang didesentralisasikan secara kompleks.
h. Mengadopsi suatu fokus klien yang kuat untuk memenuhi kebutuhan internal dan eksternal konsumen yang dikendalikan dengan inisiatif dan nilai-nilai yang diukur dari pandangan para klien.
i. Mengkomunikasikan secara jelas, sering, dan lengkap tujuan dan prigram dan hasil-hasilnya.
j. Melakukan perhitungan-perhitungan kemungkinan tentang orang-orang yang ditempatkan dan dikembangkan pada rencana perubahan pegawai yang sesuai dengan kebutuhannya.
k. Melakukan pengukuran, pengukuran hasil dan memperoleh orang-orang yang bertanggung jawab terhadap hasil yang diharapkan.
Pada beberapa tahun yang lalu pertumbuhan administrasi diisi dengan bagian yang besar dengan kombinasi beberapa faktor, termasuk pertumbuhan ekonomi, angka minat yang tinggi, kekuatan investasi negara federal, dan biaya kesehatan yang diagendakan untuk sekolah kedokteran.
Apakah dengan perèkayasaan memungkinkan perguruan tinggi dapat menghasilkan kinerja yang lebih meningkat sesuai dengan harapan?. Apakah restrukturisasi yang dilakukan perusahaan relevan dengan duniaa akademi?. Apakah secara radikal memungkinkan model organisasi yang berbeda?
Jawaban pertanyaan ini adalah ya, ya, dan ya. Perubahan secara radikal transformasi ini merupakan tugas yang tidak mudáh dilaksanakan. Secara faktual jalan untuk transformasi suatu lembaga sangat berbahaya- Karena membutuhkan daya tahan dan ‘dedikasi’ untuk mencapai tujuan yang seharusnya dengan waktu yang tidak mungkin dapat dicapai oleh pendidikan tinggi. Jalan untuk transformasi dimulai dengan penetapan oleh administator universitas dan lembaga pendidikan yang menetapkan suatu anggapan status quo dan pendekatan tradisional. Kemudian suatu unsur yang esensial untuk mencapai keberhasilan yang akan dipertimbangkan, keceñderungan dan kemampuan dan orang-orang untuk melaksanakan fungsi-fungsi suatu lembaga secara bersarna dengan suatu model bisnis yang baru. Akibatnya terjadi kecenderungan untuk menghubungkan kenaikan SPP dengan kurangnya pengawasan pada perguruan tinggi.
Kenyataan ini menyebabkab perguruan tingginharus mencari dan menggali sumber-sumber pendapatan baru. Pimpinan PTN ditantang untuk mengubah fokus perhatian mereka yakni, menggali dan memperluas pendapatan baru yang dapat memberikan kontribusi untuk membiayai misi pokoknya yakni pengajaran .
Bagaimanapun restrukturisasi akan menyebabkan kepemimpinan suatu lembaga untuk melibatkan din pada isu-isu penting dengan memperhatikan peranan dan tanggung jawab dalam perluasan kampus, fungsi-fungsi yang harus disediakan oleh universitas. Sekolah yang mendasarkan pada fungsi-fungsi pengelolaan secara ‘sentral' dan bagian-bagian didasarkan pada fungsi administratif Pendek kata dengan perekayasaan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Apakah beerapa model bisnis yang tepat dapat mengatasi masalah yang kompleks dan desentralisasi organisasi?.
Akibatnya, antara tahun 1985-1986 dan 1991-1992 biaya kuliah mahasiswa mengalami kenaikan antara 14,4 %-17,1%. Pada dekade tahun 1990-an, ketika inflasi menjadi 64%, biaya kuliah pada PTN mengalami kenaikan sebesar 141%. Pada satu sisi kenaikan ini dapat menanggulangi biaya yang harus dikeluarkan oleh perguruan tinggi, namun pada sisi lain, msyarakat kelas menengah mengalami beban yang berat untuk menyesuaikan diri dengan kenaikan SPP.
Perlunya penggalian sumber dana bagi perguruan tinggi karena beberapa alasan : perkembangan perguruan tinggi, yang pesat, berkurangnya dana pendidikan dari pemerintah pusat dan federal, dan tuntutan agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menggali dan memperoleh sumber dana baru yang dilakukan dengan cara-cara bisnis, meskipun sebagian orang berpendapat bahwa apabila lembaga pendidikan melakukan penggalian dana melalui upaya-upaya seperti yang dilakukan oleh perusahan, yaitu meningkatkan pendapatan meningkatkan pendapatan tambahan, berarti lembaga pendidikan telah mengingkari sifat-sifat lembaga pendidikan dan bukan lembaga bisnis yang berorientasi profit. Hampir sebagian besar dari perguruan tinggi di Amerika memiliki dan mengembangkan sumber dana bagi kepentingan penyelenggaraan dana membiayai program kegiatan perguruan tinggi, sebagian besar dari lembaga tersebut mengembangkan sumber dana melalui upaya yang dilakukan dengan cara-cara bisnis seperti yang dilakukan oleh perusahaan. Beberapa faktor penting dalam menggali pendapatan baru yang perlu diperhatikan ;
a. Informasi
lnformasi dan data kebutuhan masyarakat. merupakan hal penting yang hams diperoleh dalam merencaiiakan kegiatan bisnis yang akan dilakukan, kehidupan dikembangkan dan dikemas secara kreatif. Kemudian diukur dan direncanakan sesuai dengan kemampuan dan kekuatan serta potensi yang dimiliki oleh lembaga perguruan tinggi, seperti halnya tentang hak milk intelektualitas hasil penelitian program komputer merupakan asset dan komponen serta kampus yang dapat dikembangkan untuk mendatangkan pendapatan. Hasil penelitian sebagai hak milik/kekayaan intelektual dapat dijual kepada perusahaan melayani transaksi dan perjanjian yang dilakukan antara kedua pihak.
b. Pengajaran
Misi utama dan lembaga pendidikan dan universitas adalah pengajaran. Secara umum lembaga pendidikan memiliki dosen yang ahli dan tersebar pada masing-maSing fakultas . yang didukung dengan fasilitas yang memadai yang sesuai dengan bidang keahliannya. Sehingga memungkinkan mahasisWa untuk memilih matrikulasi kampus, lembaga juga dapat mempertemukan kebutuhan dengan peminat eksternal. Perusahaan-Perusahaan aktual dibidangnya. Semua itu dilakukan melalui jasa yang diberikan oleh perguruan tinggi yaitu pengajaran.
c. Alumni
Perguruan tinggi dapat menggali sumber dana dengan melibatkan alumninya. Keterlibatan alumni perguruan tinggi dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti ; promosi, reuni, kehadiran alumni pada even olahraga kampus, saat merekrut calon mahasiswa baru atau saat wisuda
d. Populasi kampus
Lembaga pendidikan dan universitas secara relatif memiliki populasi yang besar dalam suatu wilayah yang terpusat. Kampus biasanya memiliki ribuan mahasiswa, staf, dan dosen yang datang ke kampus setiap hari, yang dapat diperlakukan sebagai konsumen utama. Biasanya beberapa aktivitas kampus dapat menarik pengunjung dalam even olahraga, konferensi dan kegiatan lainnnya. Mereka semua membutuhkan jasa ketika mereka berada di kampus. Kampus dapat menyediakan jasa kepada para pengunjung dan warga kampus.
e. Tanah fasilitas
Lembaga pendidikan dan universitas memiliki pertimbangan dalam pengelolaan tanah dan fasilitas. Tanah kampus yang belum dibangun dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pendapatan. Pusat perbelanjaan pada Universitas stanford merupakan contoh yang baik pada kasus ini, sehingga kampus dapat membeli atau mengusahakan tanah dan gedung yang memiliki potensi ekonomis.
Perguruan tinggi dapat melakukan penggalian dana dengann berbagai usaha bisnis sebagaimana perusahaan. Diantara peluang yang dimiliki perguruan tinggi adalah informasi, pengajaran, alumni, populasi sebagai sumber pendapatan baru bagi perguruan tinggi dilakukan dengan beberapa usaha diantaranya :
1. Jasa Informasi : Hak milik intelektual, hasil penelitian, Interprestasi data untuk bisnis regional
2. Pengajaran : program hasil pelatihan bagi perusahaan domestik maupun asing, pendidikan lanjutan paruh waktu bagi para pekerja.
3. Penggunaan sumber-sumber alumni : pendidikan lanjutan bagi almuni, jasa profesional untuk alumni, bantuan bagi alumni yang diPHK
4. Penyediaan jasa untuk karyawan, mahasiswa dan pengunjung : Hotel, Sewa tempat usaha
5. Pengumuman tanah dan fasilitas kampus : penggunaan tanah yang ada untuk menggali pendapataan potensional, inkubator bisnis.
Adapun Perluasan sumber-sumber pendapatan efektif antara lain ;
a. Agen perjalanan
b. Peleyanan bus untuk masyarakat kampus
c. Kontak swasta dalam pemberian hak khusus untuk mendapatkan fee
d. Penghasilan dari listrik
e. Pemungutan hasil teknik pelayanan/jasa pelanggan
f. Sistem kartu kredit
g. Kartu kesehatan
h. Jasa bantuan khusus privatisasi
i. Lisensi merk pada produk
j. Pertukaran barang antar lembaga dan perusahaan swasta
k. Pengelolaan kas
l. Bantuan dan negara untuk pengembangan ekonomi
m. Pemberian biaya untuk menyesuaikan dengan pemberian bantuan yang lain.
Disamping membuka usaha, perguruan tinggi juga melakukan optimalisasi penerimaan biaya kuliah (SPP) dengan beberapa strategi : perekrutan mahasiswa dalam jumlah besar, pembiayaan seleksi oleh konsumen, menerapkan diskon dibawah 30 %, memelihara mahasiswa yang mampu membayar lebih, memasarkan lembaga kepada calon mahasiswa dan menerapkan diskon daripada bantuan keuangan.
Pendapatan dari Envollment dalam pengumpulan dana hampir selalu tidak seimbang. Meskipun pengumpulan dana jarang ditangkap sebagai ketergantungan lembaga pendidikan pada biaya kuliah , namum sumber dana ini sangat berharga dan dianggap merupakan sumber pendapatan penting bagi beberapa lembaga pendidikan. Seharusnya, bagaimanapun pengumpulan dana dapat ditempatkan pada konteks yang tepat sebagai pelengkap dari rencana pendapatan yang akan diterima secara keseluruhan.
Pada beberapa kasus bantuan perusahaan dan yayasan dipersiapkan untuk mengatasi hal-hal yang kecil. Pendapatan yang diterima tidak akan dapat diimbangi dengan pendapatan dari enrollment.
Dana subsidi memberikan kontribusi yang berarti bagi keuangan lembaga secara sehat dan fleksibel, karena dengan dana ini perguruan tinggi dapat membiayai beberapa kegiatan. Selain itu, dana subsidi memberikan jaminan kepada lembaga dari intervensi politik dan ekonomi. Dengan subsidi yang besar dapat mengurangi ketergantungan lembaga pada bantuan pemerintah, mengurangi pengaruh pemerintah dan pemberi bantuan dalam kegiatan. Selain itu, dana subsisdi memberikan jaminan kepada lembaga dari intervensi politik dan ekonomi. Dengan subsidi yang besar dapat mengurangi ketergantungan lembaga pada bantuan pemerintah, mengturangi pengaruh pemerintah dan pemberi bantaun dalam kegiatan kampus. Lembaga pendidikan yang tidak memiliki dana subsidi banyak menghabiskan waktunya untuk memikirkan kegiatan ekonomi daripada akademik.
Suatu kebijakan yang komprehensif dalam mengumpulkan dan menggunakan dana subsidi didasarkan atas empat pertimbangan, yaitu ;
1. Kebijakan penggunaan subsidi berdasarkan pada total return, bukan berdasarkan yield ( bunga dan deviden)
2. Besarnya dukungan pendapatan subsidi terhadap anggaran operasional. Cara untuk memantau seberapa besar anggatan lembaga didukung oleh subsidi adalah berdasarkan rasio antara dukungan subsidi dengan total anggaran. Rumusan yang digunakan adalah sebagai berikut ;
Rasio Bantuan Subsidi = Angka pengeluaran X subsidi
Anggaran
3. Kemampuan pembelian dari tiap jenis subsidi yang ada.
4. Penerapan aturan untuk meringankan efek dari volatilitas (perubahan) pasar jangka pendek dalam penggunaan subsidi.
Pengelolaan strategi dana pendidikan yang diterima perguruan tinggi pada masa ekonomi global :
1. Pengelolaan Subsidi
Subsidi yang diterima dari para donator digunakan secara terbatas dan tidak terbatas. Pengelolaan subsidi digunakan sebagai modal dengan memperhatikan teori-teori investasi.
2. Pengelolaan pinjaman
Perguruan tinggi dalam mengelola pinjaman harus memperhatikan pasar uang, tingkat resiko. Dalam memberikan pinjaman pihak lembaga keuangan tentunya memperhatikan kemampuan perguruan tinggi
3. Pengembangan sumber daya manusia
Hampir dua pertiga anggaran pendidikan digunakan untuk biaya karyawan dan guru. Paradigma perubahan SDM dari controller menjadi konsultan.
4. Pengelolaan fasilitas
Penataan fasilitas kampus dipengaruhi perubahan misi perguruan tinggi dan pengelolaannya, pengelolaan misi meliputi ; perbaikan, pemeliharaan, pembangunan fasilitas baru yang disesuaikan dengan rancangan masa depan
5. Strategi organisasi dan teknologi informasi diera informasi
Dana subsidi memberikan kontribusi secara signifikan pada keuangan lembaga secara sehat dan fleksibel. Dana subdisi juga merupakan tantangan bagi lembaga, terutama sekali menghadapi pasar uang yang pesat dan kompleks. Keputusan untuk menggunakan seberapa besar dana subsidi untuk pembiayaan dan seberapa besar untuki disimpan atau ditabung , termasuk aturan yang ditetapkan oleh pihak-pihak pemberi subsidi.
Pendidikan tinggi banyak membutuhkan tenaga kerja, kira-kira 2/3 dari anggaran lembaga pendidikan atau universitas berkaitan dengan biaya karyawan. Meskipun SDM sangat penting dalam perguruan tinggi, namun pengembangan pagawal harus menyesuaikan dengan demografi karyawan baru, perubahan misi dan filosofi serta perkembangan ekonomi.
Beberapa tahun yang lalu bagian sDM secara pokok melaksanakan suatu fungsi pengelolaan yang sering kali dilimpahkan dan diawasi oleh unit-unit tersendiri dan bagian lain universitas. Untuk memberikan kontribusi secara efektif, bagi tujuan dan misi lembaga saat ini, fungsi SDM harus diubah dan sebagai confroller menjadi konsultan.
Fungsi bagian SDM, harus mencerminkan budaya universitas atau lembaga pendidikan dan menyediakan secara terbuka melalui pelayanan ;untuk mendukung misi lembaga dan menghasilkan jasa Peningkatan kemampuan karyawan pendidikan tinggi ditujukan untuk mengikuti perubahan-perubahan yang cepat:
1. Menyesuaikan diri secara cepat
2. Memiliki bakat yang beragam.
3. Mampu mèngelola universitas dengan pandangan yang luas.
4. Mampu bekerja dalam satu tim.
5. Tidak pernah puas dengan status quo - selalu melakukan perbaikan.
6. Mampu untuk bekerja dan menjabarkan mandat pemerintah pusat dan federal
Perencanaan SDM merupakan suatu proses yang diiakukan organisasi untuk mengantisipasi kebutuhan SDM masa depan, mengembangkan dan mengimplementasikan, kebijakan dan program untuk memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Beberapa komponen utama dan model tersebut meliputi:
1. Pengembangan SDM untuk masa depan.
2. Penetapan kebijakan dan program peningkatan SDM.
3. Pengelolaan dan implementasi program.
4. Evaluasi keberhasilan program.
Selama tiga abad yang lalu peran fasilitas mendukung misi utama memperlihatkan perubahan yang relatif kecil. Suatu bangunan secara historis dibangun untuk mendidik dan perumahan yang didalam lembaga dibangun dalam kelompok-kelompok bangunan dengan fungsi yang berbeda-beda. Perencanaan pedesaan memberikan inspirasi dari perluasan horizontal yang mengubah peran dan religius ke sekuler pada ke-19.
Beberapa isu kritis yang berhubungan dengan fasilitas perguruan tinggi dapat disimpulkan sebagai beikut :
1. Penyusunan banguan baru yang mendesak untuk memenuhi pertumbuhan enrollment pada beberapa kampus dan penataan kembali fasilitas-faslitas lama.
2 Penyesuaian fasilitas untuk perubahan teknologi.
3. Merenovasi fasiitas untuk perubahan program dan perbaikan ruang
4. Memperbaharui fasilitas-fasilitas lama dan menangguhkan pemeliharaan.
5. Melakukan pemeliharaan yang efektif dan efisien.
6. Meningkatkan produktivitas kekayaan model
7. Memenuhi persyaratan dalam penataan lingkungan.
Pembaharuan fasilitas adalah tugas yang tidak pernah selesai dimulai dcngan perawatan rutin dan kadang mengganti bagian bangunan yang rusak. Pendekatan sistematik terdapat pembaharuan fasilitas yang berkelanjutan adalah sebagai berikut :
1. Selalu ingat bahwa pendanaan yang baik dan fasilitas yang terpelihara membutuhkan program terpadu dan pengembangan kapital, perbaikan dan renovasi serta pengurangan biaya pemeliharaan yang kurang bermanfaat.
2. Menganalisa nilai kerusakan bangunan dan infrastruktur serta komponen untuk menentukan anggaran tahunan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan renovasi.
3. Melaksanakan audit fasilitas secara reguler untuk menilai kondisi, mengidentifikasi defisiensi dan memperkirakan biaya perbaikan.
4. Memilih prioritas dengan menipertinibangkan resiko keamanan dan lainnya.
5. Mengembangkan strategi pendanaan untuk jangka pendek,panjang, serta mengidentifikasi sumber pendanaan.
Dalam bab ini, ditemukan lima kecenderungan yang mempengaruhi administrasi pendidikan tinggi. Masing-masing kecenderungan ini disebabkan adanya pertanyaan atau permasalahan yang dihadapi kepala eksekutif kampus yang ikut dalam suatu penilaian terhadap implikasi teknologi dan organisasi, dengan implikasi ekonomi yang membahas tentang keterkaitan ketiganya. Salah satu jalan pemecahan dan masalah di atas adalah dengan teknologi informasi. Strategi baru diusulkan berkenaan dengan perubahan penggunaan alat-alat teknologi informasi untuk menghadapi tantangan dalam pelaksanaan pendidikan tinggi di era informasi
Kecenderungan yang mempengaruhi adminitrasi pendidikan tinggi adalah sebagai berikut ;
1. Sumber pendanaan lokal yang mengalami penurunan
2. Lembaga manapun baik swästa atau negri, besar atau kecil, dana yang disediakan jauh dan kebütuhan, sebagian lembaga menanggapi dengan lebih memusatkan pada teknologi dan informasi sedangkan lembaga lainnya mempertanyakan keefektifitasannya penurunan sumber dana untuk berpengaruh pada implikasi organisasi khususnya tingkah laku, nilat, keputusan, dan prioritas terhadap lembaga.
3. Harapan Masyarakat dan Mandát negara Membutuhkan Lebih banyak laporan dan pertanggungjawaban. Kebutuhan akan pertanggungjawaban yang pertanyaan-pertanyaan yang fundaimental mengenai prioritas kelembagaaan dan bagaimana hasil yang diperoleh tersebut. Disampaikan pada lembaga-lembaga yang berkepentingan
4. Harapan konsumen yang menuntut layanan memuaskan dalam hal akses data
5. Fakultas, staf di sekolah dan berbagai departèmen secara terus-menerus mengeluh tentang tidak adanya tanggapan dan petugas
6. pusat khususnya dalam sistem informasi.
7. Pengembangan struktur organisasi yang merubah hierarki khas (tradisional)
8. Para Pekerja yang Berpengalaman Memerlukan Bantuan Teknis dan Konsultan Ahli
Hal ini dilakukan peningkatan layanan kepada konsumen.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan dikembangkan akuntabilitas yang lebih baik. Sebagai contoh transformasi pendidikan di Inggris pada perguruan tinggi dalam segi pendanaan, penyusunan kebijakan pendidikan dan mekanisme pengukuran kualitas pendidikan tinggi. Pendanaan yang diperoleh digunakan untuk penelitian dan pengajaran. Dalam mengontrol kualitas maka dikembangkan sistem pengujian internal. Lembaga yang memeriksa kualitas dilakukan oleh Higher Education Quality Council (HEQC)
Pada sepuluh tahun terakhir telah terlihat adanya perubahan besar dalam perguruan tinggi di Inggris sebagai hasil kebijakan pemerintah. Semuanya itu mempunyai konsekuensi terhadap akuntabilitas universitas dalam mengunai dana masyarakat. Situasi ini membuat beberapa universitas merasa tidak senang, tetapi itu adalah sebagai konsekuensi penggunaan dana masyarakat. Tantangan bagi universitas pada sepuluh tahun mendatang adalah untuk memastikan bahwa mereka memiliki inisiatif dalam menentukan bentuk dan arah masa depan Perguruan tinggi. Supaya mampu melakukan hal ini universitas dituntut memiliki kemampuan untuk menunjukkan kepada pemerintah bahwa mereka mampu melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Memiliki manajemen yang efektif dan akuntabilitas dalam mengelola dana masyarakat.
2. Responsif terhadap kebutuhan perubahan ekonomi nasional perubahan populasi mahasiswa.
3. Menentukan dan memelihara standar mutu pendidikan yang mereka sediakan.
Dua belas standar yang diperlukan oleh agen akreditasi:
1. Kurikulum
2. Dosen
3. Fasilitas, perlengkapan dan persediaan
4. Kapasitas administratif dan fiskal
5. Pelayanan pendukung pelajar
6. Praktek admisi dan rekuitmen, kalender akademi, katalog, publikasi iklan dan pemberian tingkat
7. Biaya perkuliahan dan lamanya program berkaitan dengan diajarkan dan tujuà n-tujuan gelar yang ditawarkan
8. Ukuran lamanya program
9. Keberhasilan yang berkaitan dengan prestasi murid termasuk seperti pertimbangan dalam penyelesaian mata kuliah, ujian negara dan angka penempatan kerja.
10. Angka default dalam program-program pinjaman pelajar federal.
11. Pelaksanakan tanggung jawab dalam program pinjaman pelajar federal
Terdapat dua belas standar yang diperlukan oleh agen akreditasi :
1. Kurikulum
2. Dasar
3. Fasilitas, perlengkapan dan persediaan
4. Kapasitas administrasi dan fiskal
5. Pelayanan pendukung pelajar
6. Praktek admisi dan rekuitmen
7. Biaya perkuliahan dan layanan program berkaitan dengan apa yang diajarkan dan tujuan-tujuan gelar yang ditawarkan
8. Ukuran lamanya program
Langkah-langkah yang diambil oleh Institusi dalam memenuhi tantangan terhadap kemandirian antara lain :
- Merubah masalah pertanggungjawaban (akuntabilitas) menjadi sebuah kesempatan
- Menudukung peranan agen-agen akreditasi kemandirian
Statement of Financial Accounting Concepts No.4 (SFAC No.4) berkaitan dengan tujuan laporan keuangan oleh organisasi non profit termasuk universitas dan sekolah-sekolah (swasta pada umumnya). SFAC No. 4 menentukan tujuan laporan keuangan eksternal yang berguna untuk para penyedia sumber dana dan para pemakai lainnya mengenai kelangsungan keuangan dan juga usaha-usaha pelayanan prestasi/kecapakan organsasi.
Karena perguruan tinggi mendapat sumber dana dan menggunakan dana dari masyarakat, maka dituntut mempertanggungjawabkan penggunaan keuangan dalam bentuk laporan Keuangan.
Sesuai dengan SFAC No.4 FASB menekankan adanya laporan keuangan bukan sekedar pernyataan keuangan. Kedua hal itu berbeda,laporan keuangan tidak hanya berupa pernyataan. keuangan juga harus berisi.lnforniasi keuangan yang ada dalam laporan. Karena fokus laporan keuangan adalah menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan maka informasinya harus bersifat prediktif. Hal itu akan membantu pengguna laporan itu untuk membuat keputusan pendanaan di masa depan.
Perguruan tinggi menggunakan dana dari konsumen, pemerintah dan para donatur maka laporan keuangan menjadi keharusan. Laporan keuangan merupakan sumber informasi bagi pokok-pokok yang terkait. Laporan keuangan dapat melakukan komparasi setiap periode, mengetahui posisi keuangan, cash flow, pengukuran prestasi, Informasi sumber dana, Informasi pembelajaran, menyangkut likuiditas, fleksibilitas dan Irabilitias.
Dalam mengkaji keutuhan pemakai, para pemakai melibatkali para ahli dan perusahaan akuntan publik, para penyedia laporan, lembaga-lembaga keuangan, agen-agen akreditasi, agen pemerintah dan agen penilalan surat obligasi dalam laporan keuangan ekstemal oleh universitas dan sekolah-sekolah. Berikut ini adalah informasi yang penting diidentifikasi untuk mayoritas kelompok pemakai ini :
1. Laporan yang memberikan pernyataan komparatif kepada pemakai tahun-tahun sekarang dan selanjutnya yang dapat digunakan untuk menilai hasil-hasil operasi dan juga posisi keuangan sekarang dalam institusi.
2. Laporan posisi keuangan (Balance Sheet/ Lembar Neraca) yang menunjUkkan gambaran keuangan yang terkonsolidasi dalam suatu institusi.
3. Laporan Cash Flows/Aliran Kas (meskipun pernyataan perubahan dalam keseimbangan dana) memberikan perbedaan yang lebih baik di antara Cash Flow yang sedang beroperasi dan aliran dana kapital lainnya.
4. Pengukuran prestasi/kinerja
5. Informasi mengenai sumber penghasilan dan kestabilannya.
6. Informasi tentang pembelajaran
7. Keterangan tambahan mengenai mahasiswa, fakultas, pendaftaran tingkat pengalaman, kualitas manajemen pengukuran usaha layanan dan prestasi yang lebih baik, keterangan tersebut dimana untuk melengkapi informasi keuangan yang tersedia.
8. Pembahasan mengenai likuiditas, fleksibilitas, keuangan dan viabilitas/kelangsungan keuangan.
Selain laporan-laporan tentang keuangan GSAB (Government Accounting Standard Board/Standar Dasar Akuntasi Pemerintah) dan FASB keduanya telah menunjukkan bahwa usaha-usaha pelayanan dan prestasi yang diukur merupakan komponen penting dalam laporan keuangan. Tahun 1994, GASB telah mempublikasikan Concept Statement No. 2 yang menetapkan tiga kategori usaha pelayanan dan prestasi yang mencakup:
1. Ukuran usaha-usaha pelayanan.
Usaha-usaha tersebut adalah sejumlah sumber daya finansial dan non finansial (berkaitan dengan uang, materi, dan sebagainya) yang diterapkan pada palayanan. Usaha ini mencakup informasi keuangan seperti gaji, dan informasi non finansial berupa jumlah pegawai.
2. Ukuran prestasi.
Ukuran prestasi dicapai dengan sumber daya yang digunakan. Ada, dua jenis ukuran prestasi, yaitu output dan outcome. Output mengukur kuantitas pelayanan yang diberikan, outcomes mengukur hasil-hasil output tersebut yang tersedia. Contoh dapat mencakup jumlah kelulusan murid ditahun-tahun yang telah ditentukan. Ukuran outcome dapat mencakup kepuasan dengan kelulusan dan keberhasilan lulusan yang diterapkan sekolah-sekolah profesional .
3. Ukuran-ukuran yang menghubungkan usaha-usaha pelayanan dengan prestasi.
Ukuran ini dapat mencakup ukuran kemampuan yang menghubungkan usaha-usaha tersebut dengan output pelayanan dan juga ukuran outcome biaya yang melihat usaha tersebut berkaitan dengan outcomes.
Perguruan tinggi sebagai lembaga non profit dibebaskan pajak harta kekayaan. Sebagai pedoman perubahan perguruan tinggi maka harus memiliki visi perguruan tinggi.
Apabila kelompok pendidikan bermaksud untuk memperbaharui universitas atau college-nya mereka akan membutuhkan beberapa ide tentang bagaimana bentuk lembaga yang akan diperbaharui tersebut. Tidaklah cukup dengan menghindari masalah-masalah yang ada. Ketidakefisienan, dan program-program serta struktur-struktur yang sudah ketinggalan jaman. Perubahan tentu akan membutuhkan suatu visi tentang bagaimana universitas atau college yang direnovasi dapat atau akan terwujud.
Kebutuhan akan visi terlihat begitu jelas secara individual seseorang memiliki berbagai visi untuk menjadi model terkenal, penulis terkenal, dokter atau perawat yang kompeten, pemiliki toko atau perusahaan besar. Secara kolektif, suatu kelompok masyarakat selalu berusaha untuk menjadikan kota yang tempatnya menjadi kota terindah dan terbaik. Hampir semua manusia memiliki sebuah impian yaitu sebuah visi yang dapat terwujud suatu hari nanti.
Visi tidak sama dengan pernyataan misi yang merupakan suatu gagasan yang diperluas, perilaku yang diharapkan, kepercayaan dan tujuan yang tidak jelas. Visi merupakan suatu kombinasi dan nilai –nilai dasar dan tujuan yang berwujud.
D. Isu-isu Menarik dalam Buku
Dalam buku ini memiliki isu-isu menarik yang perlu dibahas lebih lanjut dengan memberikan pandangan dari para ahli, yaitu: perguruan tinggi berperan sebagai lembaga usaha, akuntanvilitas, dan laporan keuangan.
Kemandirian bagi perguruan tinggi menuntut agar berkembang menjadi lembaga interprise. Kampus dikembangkan menjadi lembaga pemberdayaan ekonomi yang mengoptimalisasi potensi-potensi yang ada di kampus dari mahasiswa, masyarakat maupun para karyawan. Iklim entrepreneum di kampus akan berpengaruh kepada sikap mahasiswa sehingga lebih kreatif untuk mengembangkan usaha di masa depan. Sikap wirausaha tentunya begitu penting untuk diberikan pada mahasiswa, menginjak era globalisasi menuntut kemampuan berkompetisi bagi setiap orang agar hidupnya tetap eksist.
Akhir-akhir ini banyak kampus mengembagnkan dan membutuhkan mental entrepreneum bagi mahasiswa. Ada beberapa manfaat apabila perguruan tinggi melakukan usaha, antara lain:
1. Memberikan dana penegmbangan untuk perguruan tinggi
2. Memberikan pengalaman dan inspirasi untuk melakukan wirausaha
3. Pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi
4. Meningkatkan kesejahteraan bagi linkungan peguruan tinggi
Akuntanbilitas merupakan konsep pertanggungjawaban atau responsibility. Akuntanbilitas merupakan istilah yang terkait dengan tata kelola pemerintah yang menyangkut saat sekarang atau masa depan, antar individu, kelompok sebagai sesuatu pertanggungjawaban kepentingan sebagai suatu kewajiban untuk memberikan penjelasan terhadap tindakan dan keputusan agar dapat ditolak atau dapat disetujui mendapat sanksi bila ditemukan penyimpangan.
Perguruan tinggi sebagai lembaga pelayanan publik yang melayani konsumen dan stakeholder, pemerintah, dan para donatur sehingga perlu melakukan tindakan akuntanbilitas.
Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidik membentuk akuntanbilitas yang menyangkut beberapa bidang:
1. Kualitas output dan outcome
2. Pelaksanaan program kerja
3. Manajemen administrasi
4. Pengelolaan dana
Untuk menunjukkan akuntanbilitas keuangan, maka perguruan tinggi harus mampu memberikan laporan keuangan. Dari laporan keuangan para pihak yang terkait dapat:
1. Memperoleh informasi menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat untuk mengambil keputusan.
2. Mengetahui apa yang telah dilakukan manajemen dan pertanggungjawaban sumber daya yang dapat dipercayakan kepada perguruan tinggi.
3. Terpenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai.
4. Memperoleh informasi keuangan masa lalu dan informasi lain.
Apabila perguruan tinggi mampu melakukan akuntanbilitas dan laporan keuangan secara baik, maka perguruan tinggi akan mendapat kepercayaan masyarakat. Kredibilitas tersebut merupakan modal yang sangat berperan dalam pengembangan perguruan tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan sosial kultural akibat derasnya arus informasi sangat berpengaruh pada pembenahan perguruan tinggi. Citra perguruan tinggi sangat dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat. Banyak dana masyarakat, pemerintah, dan para donatur yang digunakan untuk penyelenggaraan pendidikan tinggi. Oleh karena itu tuntutan akuntanbilitas, efisiensi, efektivitas, kualitas output dan outcome harus dipenuhi oleh perguruan tinggi.
Disisi lain perguruan tinggi harus mampu mengembangkan dirinya agar berfungsi sebagia lembaga enterprise yang membuka peluang usaha agar dapat mandiri tanpa banyak menggantugnkan kepada pihak lain. Walaupun bidang usaha yang sudah dilakukan belum memenuhi harapan, akan tetapi harus tetap dirintis dan dikembangkan. Apabila usaha ekonomi perguruan tinggi sudah dilakukan maka kampus akan memiliki beberapa sumber dana: sumber intern dan sumber ekstern.
Bku Reinveting the University, Managing and Financing Institutions of Higher Educations merupakan buku yang tepat untuk dikaji bagi para pengelola perguruan tinggi untuk mengembangkan perguruan tinggi menjadi lembaga pendidikan sekaligus enterprise.
B. Rekomendasi
Karena perguruan tinggi menggunakan dana milik masyarakat dan pemerintah, maka perguruan tinggi harus dapat melakukan akuntanbilitas. Akuntanbilitas yang dimaksud adalah akuntanbilitas pelaksanaan visi dan misi, program kerja, output/outcome dan keuangan.
Perguruan tinggi untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat harus dapat memberikan laporan pertanggungjawban khususnya pengelolaan dana dari masyarakat maupun pemerintah. Laporan keuangan menjadi salah satu tolak ukur bagi pencapaian target/program yang sudah ditetapkan bersama.
Langkah awal perguruan tinggi untuk merintis kemandirian harus melakukan program interpreneur (wirausaha), usaha ini akan menghasilkan dana dan mendidik/memberikan inspirasi kepada mahasiswa untuk melakukan wirausaha untuk menghadapi persaingan dunia.
DAFTAR PUSTAKA
en:wikipedia.org/wiki/entrepreneur
standar entitas tanpa akuntanbilitas publik.b1.bb.html